Human Sacrifice
Ngeri ya kalau membaca cerita suku-suku jaman dulu (di Amerika Tengah misalnya) yang sering melakukan pengorbanan manusia. Manusia ditangkap kemudian dibunuh di atas mezbah pemujaan. Atau di lempar ke kawah gunung berapi Hawaii. Wah ngeri. Tapi dalam bentuk lain, hal seperti ini terjadi juga di abad modern. Saat orang mengorbankan masa depan orang lain, ya.
Korban manusia itu biasanya didasarkan pada ide atau kepercayaan bahwa dewa atau alam membutuhkan nyawa orang untk membuatnya tenang. Atau nyawanya itu akan diperlukan untuk suatu siklus kehidupan. Atau untuk mendapatkan suatu ilmu gaib, nyawa harus dikorbankan.
Untung cara berpikir seperti itu dianggap melawan hukum dan dilarang.
Tapi saya pikir kalau orang harus bekerja keras sampai mati di tempat kerja itu juga sama saja. Seperti insinyur Toyota Camry itu. Atau kita tidak menjaga keamanan tempat kerja sehingga ada orang yang celaka dan mati. Kalau kita senang ngebut dan karena kesenangan itu kita tidak peduli menabrak orang lain, maka kita juga sudah memngorbankan nyawa untuk kesenangan kita. Saat kita membuat keputusan, sehingga biaya rumah sakit jadi mahal atau pangan tidak terjangkau, kita sudah dekat dengan human sacrifice.
Ada juga kematian roh. Kematian spirit. Kematian kebebasan berpikir. Kematian akal sehat. Saat kita melakukan penghasutan, provokasi, atau melakukan teror, maka kita mematikan akal sehat dan rasa kemerdekaan. Orang menjadi kehilangan kegembiraan hati dan akal sehat, demi mencapai tujuan kita. Ini juga bentuk human sacrifice.
Dalam khasanah kepercayaan Yahudi, Kristen, atau Islam, ada peristiwa luar biasa. Pada saat Abraham atau Nabi Ibrahim diminta mempersembahkan puteranya Ishak (dalam Yahudi dan Kristen) atau Ishmail (dalam Islam) sebagai korban. Pada detik terakhir, Tuhan membuka mata Abraham atau Nabi Ibrahim bahwa ia tidak menghendaki persembahan kematian. Ia menghendaki persembahan kehidupan. Ia ingin Abraham atau Nabi Ibrahim mempersembahkan puteranya sebagai persembahan yang hidup. Agar puteranya mau menjalankan amanat kehidupan. Sebuah persembahan yang sejati.
Sejak itu konsep pengorbanan (sacrifice) berubah menjadi persembahan. Bukan nyawa kita yang diambil, tapi kehidupan kita itu kita abdikan kepada Tuhan dan kemanusiaan. Pada saat manusia mempersembahkan keringatnya, kepintarannya, bahkan hati kasih sayangnya nya untuk memperbaiki kehidupan, memuliakan kehidupan banyak orang, maka ia sudah melakukan persembahan kehidupan.
Banyak orang yang mengerti hal ini, kemudian melakukan karya besar sebagai rasa syukur pada Tuhan. Ada yang kita kenal, seperti Bunda Teresa. Tapi banyak yang tidak kita kenal. Yang diam-diam. Tanpa publikasi.
Mari kita tidak lagi melakukan human sacrifice, melainkan mempersembahkan hidup untuk berkarya bagi kehidupan ini. Bagi semua.
July 26, 2008 at 6:52 am
jadi teringat sebuah kata-kata “Apa yang sudah kau persembahkan untuk Dia?”
July 28, 2008 at 8:23 am
kaya kata2 president amerika apa yang kamu telah berikan untuk negara