Cermin Ganda

Mungkin tidak banyak yang menyangka. Alat paling mencerdaskan di dunia itu cermin. Terlebih cermin ganda. Cermin untuk berefleksi ganda. Orang pintar mampu melihat, memahami, mengevaluasi, dan mengendalikan lingkungannya Orang cerdas bisa melakukannya para dirinya. Ini butuh cermin.

Bayangkan seekor singa berusaha hidup di padang savana. Singa pintar menerapkan siklus AIRAN: amati, ingat, rencana, aksi, dan nikmati.

  • Amati: Dia memandang savana untuk melihat dan mencari obyek untuk di mangsa.
  • Ingat: Saat menemukan obyek, ia memutar ingatannya untuk mencocokkan dengan daftar makan siang favoritnya. Ia juga mengingat perilaku mangsa jenis yang ini. Ia menggali pengalaman seluk-beluk berburu jenis ini.
  • Rencana: Iapun merancang rencana strategi mengendap, berlari, menerkam, dan menaklukkannya di tanah, lalu menghabisi perlawanan nya.
  • Aksi: Maka tiba waktunya mengumpulkan tenaga, konsentrasi, lalu ia mengkesekusi rencananya itu dengan beraksi. Bergantung kondisi fisiknya, kondisi lapangan, dan reaksi mangsanya, iapun bereaksi, berimprovisasi, terus beraksi sampai tujuannya tercapai.
  • Nikmati: ia pun menikmati makan siang disertai kebangaannya atas keberhasilan berburu. Kalau gagal, maka N inipun berubah menjadi nelangsa, kelaparan sambil ego terluka.

Setiap singa menjalankan hidup siklus AIRAN. Mereka pintar karena meniru singa lain. Kalau tidak mati muda, singa ini raja savanna. Tentu sampai tiba hari tua di mana hari-harinya dipenuhi nelangsa.

Nah seekor singa yang cerdas, smart lion, akan menjalankan siklus AIRANE. Ia menambahkan Evaluasi. Ia berefleksi dan mengevaluasi semua pengalamannya. Ia belajar dari apa yang terjadi. Terutama saat Nelangsa.

Cermin adalah alat eveluasi. Dengan berefleksi, ia mengamati kemampuannya melakukan siklus AIRAN. Ia belajar meningkatkan kemampuan mengamati dan berpersepsi. Ia mengumpulkan perbendaharaan mangsa dan prinsip-prinsip menangkap mangsa jenis ini. Ia mengumpulkan berbagai strategi berburu. Logistiknya. Tekniknya. Ia berlatih jurus-jurus. Ia berlatih fisik, mengendap, menyamar, mengejar, menerkam, bertarung. Taring kuku dan gigi diasah biar tajam.

Singa cerdas akan mengamati kekurangan dirinya untuk diperbaiki sehingga semakin sukes berburu mangsa.

Masa kejayaan singa cerdas lebih lama. Tapi nelangsa kelaparan menanti di hari tua, di mana perbendaharaan akal-akalan nya tidak bisa mengkompensasi kelemahan tubuh.

Nah di antara smart lions, ada super lions. Ini adalah singa yang menggunakan dua cermin untuk berefleksi. Refleksi ganda. Refleksi pertama sama dengan singa cerdas: melihat diri sendiri. Tapi refleksi ini sekunder. Ada pantulan ke dua itu melihat dari perspektif manusia, makhluk yang lebih cerdas. Ini dijadikannya refleksi primer.

Di pantulan yang kedua ia mendapatkan perspektif transedental, beyond dunia singa. Misalnya, ia menciptakan lubang perangkap untuk menjebak mangsanya, sehingga ia mengarahkan lari perburuan ke arah jebakan. Atau ia mencitakan senjata pisau panah yang dilontarkan.

Atau ia berburu mangsa, tidak untuk dimakan, tapi untuk dipelihara di kandang. Beternak. Maka ia tidak perlu berburu lagi di hari tua…
Apalagi kalau singa ini memilih berumahtangga. Kawin berkeluarga, punya anak yang juga pintar beternak. Dijamin mati tua kekenyangan…

Yah ini cuma contoh. Namanya juga contoh. Terserah yang buat contoh dong…

Saya cuma mau bilang, manusia yang tidak bereflekesi akan menjalankan hidup seperti singa di savana. Hebat memang. Tapi biasa. Tidak original dan hewani. Ujungnya akan nelangsa.

Manusia cerdas akan berrefleksi dan belajar menguasai dirinya. Selalu mengembangkan diri.

Tapi tidak ada yang bisa melawan super human. Orang yang mau berefleksi ganda. Dengan menggunakan pandangan Tuhan sebagai perspektif primer.

Mati tua sambil tersenyum kekenyangan..




    Leave a comment