Bukan Homo Deus tetapi Homocordium

Menghadapi gempuran kecerdasan buatan dan mesin-mesin yang cerdas, Harari menyarankan kita semua untuk menjadi Homo Deus. Tapi berbeda dengan Harari, saya mengusulkan bahwa manusia berkembang menjadi Homocordium

Dalam buku best-seller berjudul Homo Deus, Harari seorang pakar dari Israel mengisahkan bahwa selama ini dunia didominasi oleh Homosapiens, yaitu manusia, karena kecerdasannya adalah yang tertinggi.

Harari lantas memperlihatkan akan datangnya era kecerdasan buatan. Kecerdasan teknologi akan melampaui manusia. Dia melihat hal ini sebagai sesuatu masalah. Dia menyarankan manusia berkembang dari Homosapiens menjadi Homo Deus, yaitu manusia yang menguasai teknologi sehingga jadi menjadi tuan atas komputer

Meskipun mengandung hal-hal yang menarik dan masuk akal, rute yang ditawarkan Harari itu memiliki beberapa permasalahan.


Pertama dari segi praktikalitas.
Saya tidak bisa membayangkan bagaimana bisa 7,5 miliar penduduk bumi menjadi tuan seperti Bill Gates, Mark Zuckerberg , Elon Musk atau pentolan-pentolan teknologi lainnya. Jadi rute ini tidak bisa dilalui oleh mayoritas manusia.

Itu problem yang pertama

Problem yang kedua tentang asumsi realitas bahwa manusia itu Homosapiens.

Homosapiens itu adalah suatu istilah klasifikasi atau taksonomi hewan. Manusia memang tertinggi di kerajaan hewan. Tapi taksonomi itu berbicara tentang makhluk yang hidupnya menjalankan metabolisme dan reproduksi. Bahasa sederhana: makhluk yang hidupnya cari makan dan kawin-kawin.

Manusia lebih dari sekedar Homosapiens. Manusia itu memiliki nama, biografi, peran, dan menjalankan kisah hidup. Manusia itu Homologos, berbahasa.

Ketiga, soal ancaman terdominasi. Jadi apa yang ditakutkan dengan dominasi?

Karena dunia ini didominasi oleh berbagai makhluk dalam skala tertentu. Misalnya di dunia bakteri, bakteri mendominasi. Di padang gurun makhluk-makhluk gurun yang berkombinasi. Belum lagi gempa bumi mendominasi, banjir mendominasi, gunung meletus mendominasi, meteor yang jatuh dari langit mendominasi.

Jadi sejak dahulu manusia sudah didominasi oleh kekuatan-kekuatan di luar dia. Tetapi sebagai Homologos dia menghadapinya, dan mampu bertahan sampai hari ini. Jadi mesin akan mendominasi dunia artificial intelligence. Tapi kalau itu menjadi kesusahan bagi manusia, maka manusia juga punya cara untuk menghadapinya.

Sama dengan manusia sudah menghadapi virus Corona, gempa bumi, bencana alam dan berbagai katastropi kehidupan.

Oke jadi kita sudah tahu hal ini. Apakah kita tidak perlu berubah?

Nah dalam hal ini saya sependapat dengan Harari. Kita harus berubah. Kita tidak mau kisah hidup di bawah dominasi oleh mesin. Kisah hidup kita tidak istimewa kalau hidup kita itu dikendalikan mesin.

Saya menyarankan kita mengembangkan kemampuan berelasi, berempati, kemampuan mengikatkan diri, berkomitmen dengan sesama kita. Kita manusia yang mampu menyadari ada unity, kesatuan di balik ke pelbagaian, sehingga kita mampu mengalami pengalaman orang lain, Jadi ada kesetiaan dan komitmen kepada kemanusiaan.

Saya menyebutnya manusia hati, manusia cordial. Homocordium

Homo Deus menguasai mesin. Homcordium mengusai diri, hati. Mengusai realitas yang sebenarnya. Realitas sejati, dimana hidup dipentaskan.




    Leave a comment