Faith Based Reality
Manusia modern selalu ingin hidup logis dan rasional. Fakta-nya kita semua hidup berdasarkan realitas kepercayaan, belief, iman, faith.
Kombinasi otak dan mata kita membentuk realitas visual. Pengalaman visual membentuk logika dalam otak kita. Dengan logika kita membangun model tentang realitas, yang kita validasi melalui pengalaman. Model yang valid ini kemudian dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan kita.
Otak dan mata kita kemudian mengembangkan analogi, yang menghasilkan inferensi rasional. Artinya, kita mengambil kesimpulan berdasarkan perumpamaan. Bangun segitga, misalnya, yang adalah konsep logika, kita terapkan untuk menghitung, secara analogi, tinggi atau luas suatu bangun fisik. Saya bisa menebak tinggi gedung secara akurat melalui panjang bayangannya di tanah. Ini cara berpikir rasional: berdasarkan perbandingan atau rasio.
Realitas visual (Otak + Mata) -> logika dan rasional.
Tapi persoalan kehidupan kita melebihi realitas visual. Harga diri, status sosial, jodoh, keselamatan diri, kekayaan finansial, adalah contoh urusan penting yang mengisyaratkan adanya realitas di luar realitas visual.
Realitas di luar realitas visual itu saya sebut kepercayaan, belief, iman, atau faith. Faith adalah kenyataan di luar realitas visual. Faith = fakta non visual.
Kalau kita percaya kita orang bodoh, maka saat berhadapan dengan masalah, kita akan menyerah. Sebaliknya kalau kita percaya kita orang pintar, maka kita akan berjuang menyelesaikannya.
Kalau kita percaya kita itu cantik atau ganteng, kita akan tampil percaya diri mencari jodoh. Sebaliknya, kalau kita pikir kita jelek, tidka menarik, maka sikap kita akan pathetic, dan betulan tidak menarik.
Kalau kita percaya kita mengidap penyakit berat, maka kita akan lumpuh, tidak berani ke mana-mana. Maka kita akan betulan lemah dan sakit. Sebaliknya kalau kita percaya kita sehat, maka kita akan aktif. Kita akan segar bugar.
Sebagai makhluk evolutif seperti kita, kita harus berubah menuju arah yang lebih baik secara orisinal. Dengan kata lain, realitas itu berubah, dan kita lah pembentuk realitas yang baru.
Originalitas itu membutuhkan inspirasi. Dan Faith inilah yang memberikan inspirasi itu.
Ada banyak pilihan faith saat ini. Saya memilih faith saya, dan saya tentu tidak bisa menentukan faith mana yang harus anda pilih. Unsur gambling sangat tinggi di sini, dan taruhannya nyawa. Tapi kalau saya boleh memberi saran, pilihlah faith yang outrageously fresh and truly inspiring. Yang membuat kita antusias menjalani kehidupan ini. Yang memberikan hidup yang bermakna. Truthful, beautiful, and good life. Ingat kita sedang mempertaruhkan jiwa kita untuk pilihan faith ini.
Terlepas dari pilihan itu, sudah jelas kita sedang hidup dalam faith-based reality. Semua keputusan yang kita ambil, tindakan yang kita lakukan, tidaklah didasarkan oleh logika dan rasio. Tapi didasarkan pada apa yang kita benar-benar percaya,
July 10, 2017 at 9:52 am
Realitas visual (Otak + Mata) -> logika dan rasional. Yupz setuju banget dengan tulisannya,
October 30, 2017 at 3:02 am
Ada banyak pilihan faith saat ini. Saya memilih faith saya, dan saya tentu tidak bisa menentukan faith mana yang harus anda pilih. Unsur gambling sangat tinggi di sini, dan taruhannya nyawa
November 27, 2017 at 4:18 am
Terlepas dari pilihan itu, sudah jelas kita sedang hidup dalam faith-based reality. Semua keputusan yang kita ambil, tindakan yang kita lakukan, tidaklah didasarkan oleh logika dan rasio. Tapi didasarkan pada apa yang kita benar-benar percaya,
January 30, 2022 at 1:00 pm
Halo. Saya menemukan tulisan ini secara tidak sengaja ketika mengetik keyword reality versus faith. Tulisan ini jd bentuk refleksi diri saya dg keadaan sekarang ini. Hidup sekarang ini jadi gambling. Beralaskan faith tp melihat realitas yg ada cukup sulit. Dan akhirnya banyak manusia sekarang ini hidup penuh ketakutan dan penuh kekhawatiran berlebih. Gimana kondisi anda sekarang ini menyikapi keadaan sekarang?semoga berkenan membagikan opininya.