Archive for November, 2009
Anda harus hidup dengan pengeluaran satu level di bawah penghasilan anda.
Anda baru betulan berilmu bila anda menguasai tiga pengetahuan: tentang kebenaran, tentang keindahan, dan tentang kebaikan. Dan ini bukan cuma soal berfilsafat khayal. Ini sangat praktis.
Sebagai pengguna Ubuntu dan opensource, saya cuma punya satu komentar tentang Microsoft Windows 7: damn, it is good…
Ternyata sistem keamanan Gedung Putih yang maha hebat itu bisa diterobos. Dua orang yang tidak diundang bisa menembus bersalaman dengan Obama, presiden AS, dan Singh, PM India, dalam sebuah pesta kenegaraan.
Apakah benar bencana alam disebabkan oleh maksiat dan kerusakan moral masyarakat?
Berkali-kali saya menemukan orang pintar, tapi menggunakan kepintarannya untuk menghalangi kemajuan dirinya sendiri. Menghalangi kebahagiaan dirinya sendiri. Ini berarti pintar dalam membodohi diri sendiri.
Dalam suatu pertandingan sepak bola beberapa hari lalu di Tambaksari, Surabaya, skor berakhir seru 5-4. Tim yang menang bersorak, karena yang penting keberhasilan memasukkan bukan jumlah kebobolan. Demikian juga hidup kita. Mungkin banyak kegagalan. Tapi jangan dipikirin, karena masih lebih banyak berkat yang kita terima.
Demokrasi itu bukan sekedar pemilu, rakyat mencari pemimpin yang baik. Tapi dalam sebuah demokrasi rakyat menjadi warga negara yang baik, yang membangun bangsa. Itu esensi demokrasi.
Bagaimana Tuhan memberi anda peluang? Melalui masalah….
Hidup itu jauh lebih menarik bila terus ada misteri. Kesalahan kita selama ini adalah terus merasionalkan segala sesuatu.
Dalam buku Outliers, Malcolm Gladwell menyarankan agar kita melatih diri sekurang-kurangnya 10,000 jam untuk menjadi ahli dalam suatu bidang.
Saya nyaris tidak pernah meditasi. Tapi sering kontemplasi. Karena menurut saya kontemplasi itu maha penting. Untuk mencegah kita hidup terlalu menuruti kebiasaan (habits).
Orang bercita-cita ingin memiliki sesuatu. Rumah besar, mobil, uang banyak. Menurut saya jangan begitu. Cita-cita kita haruslah menjadi sesuatu. Menjadi seseorang yang kita idealkan.
Ada dua wanita luar biasa: Dr. Tererai Tent dan Dr. Booke Magnanti. Keduanya berjuang untuk mendapatkan PhD. Tapi dengan cara yang unik.
Bisakah teknologi digital membantu proses belajar?
Beberapa hari lalu saya membaca berita bahwa pengungsi dari Srilanka yang tertahan di Indonesia akan mendapat suaka di Australia. Timbul pertanyaan dalam hati saya, mengapa mereka tidak mencari suaka ke Indonesia? Jangan-jangan Indonesia ini bukan tanah impian? Tidak ada Indonesian dreams?
Bisa saja kita memenuhi semua ritual dan aturan, tapi tidak berjumpa Tuhan. Maka kita melakukan apa yang saya sebut spiritual placebo.
Drama bukan cuma tradisi Yunani kuno. Ia hidup dan berkembang di Indonesia. Tidak ada yang menandingi drama kasus perseteruan konyol KPK dan Polri. Dan semua aktornya pintar berdebat dan sampai mencucurkan airmata, di depan TV nasional.
Keyakinan itu adalah suatu pilihan. Oleh sebab itu, pilihlah keyakinan yang membuat anda berkembang. Bukan keyakinan yang membuat anda mandeg.
Besarnya sukses anda dalam hidup ditentukan oleh tiga besar: (1) seberapa besar impian dan cita-cita anda, (2) seberapa besar determinasi dan tekad anda berjalan memperjuangkannya, dan (3) seberapa besar keinginan anda untuk belajar dari hambatan dan kegagalan sepanjang perjalanan.
Continue Reading »
Waktu saya masih kecil, ibu saya sering menceritakan kisah dongeng sebelum saya tidur. Sekarang saya menyadari, saya sangat beruntung. Karena melalui dongeng itu saya bisa belajar banyak hal. Bahkan saya pikir, anda baru bisa disebut orang terpelajar bila anda bisa mendongeng.
Mendorong entrepreneurships itu memang mulia. Kecuali satu: yang menjadi makmur itu cuma segelintir pemiliknya. Oleh sebab itu ada konsep entrepreneur sosial. Social entrepreneurships.
Rasa takut itu berguna untuk survival, tapi berakibat buruk bagi hidup exciting.
Menyaksikan drama pertarungan KPK lawan Polri, orang tidak bisa menghindar dari kesimpulan betapa negara ini terus dikuasai gurita, lintah yang ingin terus merampok kekayaan Indonesia. Ini persoalan sangat serius.
Setiap bertemu ayah, saya selalu ingin belajar darinya. Dan pelajaran terbaru adalah tertawa terhadap masalah.
Sumber stress utama masa kini adalah kita memikul beban dan tanggungjawab terhadap sesuatu hasil yang bergantung orang lain.