Kotak Ajaib

Ada seorang pengemis. Setiap hari duduk di sebuah kotak kayu di suatu pasar, mengemis pada orang yang lewat. Ia pintar mengarang cerita supaya orang jatuh kasihan dan memberi sedekah. Bila berhasil mendapatkan sedekah, ia pergi bersenang-senang. Setelah uang habis, ia kembali mengemis.

Kapan nasibku berubah…? Tanyanya di dalam hatinya

Teringat saat ia masih muda, usia 17, seorang Raja lewat di pasar ini. Pengemis ini tidak mau kehilangan kesempatan. Ia berteriak minta sedekah dan berharap mendapat uang banyak. Tercengang mendengar kisah pengemis yang penuh bakat, raja bertanya: “Berapa usiamu?”

“Tepat 17 tahun, hari ini”.

“Apa cita citamu?”

“Jadi pendongeng …”.

Raja membelalak lalu pergi ke keretanya, mengambil kotak kayu rongsok, dan memberikannya sebagai sedekah. “Ini masa depan mu,” katanya.

Pengemis ini kecewa. Kotak rongsok ini biasa digunakan orang untuk membungkus lampu pelita minyak. Ia menduga kotak ini diberikan untuk dibuang. Tetapi karena pemberian raja, pengemis itu menggunakan kotak kayu sebagai tempat duduk untuk mengemis.

Demikian bertahun-tahun, ia mengemis di pasar, sampai tua dan sakit-sakitan. Tetapi ia tetap harus mengemis, karena butuh makan, dan ia tidak punya keahlian lain selain mendongeng dan mengemis.

Sampai suatu hari, lewat seorang Guru suci berilmu tinggi. Saat pengemis tua ini memanggil meminta sedekah, orang suci ini membelalak melihat kotak ini. Ia mengenali kotak ini sebagai miliknya dulu. Ia mengetuk kotak ini, dan menekan bagian sudutnya, sehingga kotak ini terbuka. Di dalamnya terdapat lampu minyak pelita tua. Setelah diisi minyak, pelita ini diaduk-aduk, lalu digosok beberapa kali, sehingga pelita ini menyala.

Nyala lidah api semakin besar, dan berubah bentuk menjadi seorang makhluk Genie.

Seakan saling mengenal seperti teman lama, Guru sakti ini bercakap-cakap dengan Genie. Ia kemudian menjelaskan pada pengemis bahwa Genie amat berterimakasih sudah dibebaskan dari kurungan. Genie akan mengabulkan satu permintaan pengemis, apapun itu.

Guru sakti juga menjelaskan bahwa saat muda iapun seorang miskin. Suatu hari ia di usia 17 ia jumpa seorang Kaya, yang bertanya:

“Berapa usia mu?”

“Tepat 17 tahun”

“Apa cita2mu?”

“Menjadi orang bijak…”

Orang kaya ini memberikan kado kotak lusuh ini: “Ini masa depanmu…”

Meskipun kecewa, ia penasaran dan berusaha mempelajari cara membuka kotak ini. Suatu saat ia berhasil mengeluarkan lampu pelita. Setelah diisi minyak, ia berhasil menyalakan Genie yang akan mengabulkan satu permintaannya. Ia meminta diberikan hikmat dan kepandaian. Genie mengambulkan permintaannya, dengan amanat setelah itu ia harus mewariskan kotak ini kepada pemuda miskin berikutnya yang berbakat sebagai kado ulang tahun 17.

Guru ini kemudian menceritakan setelah beberapa lama berkelana sebagai Guru sakti, iapun menemukan seorang pemuda miskin usia 17 yang becita-cita menjadi Raja. Ia mewariskan kotak ini pada pemuda ini: “Ini masa depanmu…”

“Pemuda itu pasti sudah berhasil menjadi Raja, karena kotak ini sudah berada di tangan mu”, sang Guru menyimpulkan.

Pengemis ini sangat menyesal karena selama berpuluh tahun ia tidak tahu bahwa ia memiliki harta yang sangat besar, cuma dijadikan tempat duduk untuk mengemis. Dia bisa hidup seperti Pendongeng besar, tapi ia hidup sebagai pengemis. Sekarang ia sudah terlalu tua untuk memanfaatkannya. Tragis.

Ia pun memutuskan untuk meminta kedamaian di hari tuanya, sambil berkelana mencari anak miskin 17 tahun yang bercita-cita tinggi untuk menerima warisan kotak ajaib ini.

* **
Anyway, saya ingin memberitahukan: tubuh kita, kepala kita adalah sebuah kotak ajaib. Otak dan hati kita adalah pelita ajaib. Otak tempat minyak. Dan hati tempat nyala api.

Tuhan memberikan menganugerahkan pada setiap kita sebuah harta yang sangat berharga, bernama Talenta dan Pengetahuan, si Genius, yang disimpan dalam kotak Tubuh kita.

Mengapa kita perlu kuliah? Semua universitas akan mengisi otak kita denagn minyak pengetahuan.

Tapi minyak tidak cukup. Api Roh Hikmat harus dinyalakan di hati kita. Kalau kita tidak tahu cara menyalakan nya, pelita itu tidak hidup, dan minyak yang dituangkan akan meluber keluar tanpa mengubah hidup kita.

Sebaliknya, bila pelita ini, otak dan hati kita, yang bila diisi minyak ilmu, digosok, dilatih dan diasah dengan tekun, dan dibakar kasih sayang, maka si Genius hidup dan menyala.

Si Genius ini menemani kita setia saat, menuntun kehidupan kita, dari biasa menjadi luar biasa. Kita mendapatkan Roh Hikmat, sehigga kita tahu apa yag bisa diperbuat. Lampu Genius ini menerangi akal budi kita, menerangi hai kita, jalan kaki. Ia menginspirasi kita. Dan tidak pernah meninggalkan kita.

Dan dipimpin oleh Roh Hikmat ini, Lidah Api, si Genius, hidup kita jauh lebih hebat seperti raja. Tanpa Dia, hidup kita miskin seperti pengemis.




    Leave a comment