Private dan Public

“Nggak asik kalau nggak ada kamu…”

Seorang biksu berkunjung sahabat nya di pulau terkenal indah. Sahabatnya memberikan peta titik titik paling indah di pulau itu. Pagi pagi buta, biksu ini berangkat menjelajahi pulau kahyangan, dan pulang sudah hampir gelap.

“Bagaimana?”, tanya sahabat nya, tersenyum senang.

“Ah aku tidak bisa menikmati nya…”, jawab Biksu dengan wajah gemetar.

“Eh.. mengapa?”, sahabat nya heran.

“Keindahannya terlalu dahsyat untuk dinikmati sendiri …”, sang Biksu tergagap. “Harusnya kamu ikut tadi…”

Hidup di dunia ini terlalu dahsyat untuk dijalani sendiri.

Itulah sebabnya ada ruang publik. Ruang yang kita hidup bersama. Tempat kita berbagi kegembiraan dan bertolong-tolongan dalam kesusahan.

Di ruang publik kita harus pintar membawa diri. Kita perlu menjaga kelakuan kita, ucapan kita, sikap kita. Supaya ruang publik bisa berfungsi.

Tapi memang ada juga tempat untuk kesendirian kita. Namanya ruang private. Di ruang ini kita bebas punya dunia sendiri. Menikmati eksistensi kita. Dunia rahasia. Dan ruang private ini tidak bisa dibawa ke ruang publik karena menghilang kan keindahan nya.

Nah ada keindahan hidup yang tidak bisa dinikmati sendirian tapi juga tidak bisa di ruang publik. Seperti pengalaman biksu itu.

Sendirian kesepian, banyakan keramaian.

Kita butuh ruang initimasi. Ruang akrab. Ruang untuk dua orang.

Alice punya ruang publik dan ruang private. Demikian juga, Bob punya ruang publik dan ruang private.

Ruang private Alice dan Bob bisa berimpit. Ruang intimasi. Ruang akrab. Kedekatan Alice dengan Bob diukur dengan luasnya ruang akrab ini.

Jadi untuk menikmati kedahsyatan hidup, kita mengembangkan rumah kehidupan, lengkap dengan ruang private, akrab, dan publik. Seluas dunia ini.

“Nggak asik kalau nggak ada kamu..”




    Leave a comment