Atasi Lima Takut dengan Berpindah dari Peran Menjadi Sosok

Paling tidak ada lima sumber tekanan dalam hidup manusia modern. Dengan mengubah persepsi hidup menjadi teater, lima tekanan itu bisa diatasi.


Apa saja yang bikin stress orang?

  • Takut jatuh miskin. Ini membuat orang kerja keras siang malam menumpuk harta, cemas dengan kondisi ekonomi, dan kemudian cemas takut harta dicuri
  • Tekanan tidak punya waktu cukup. Ini membuat orang dikejar waktu, selalu cemas akan deadlines, dan tidak punya waktu untuk orang lain.
  • Takut membuat keputusan yang salah. Ini membuat orang peragu, cemas, menunda-nunda, dan menolak bertanggungjawab, dan gampang menyalahkan orang lain.
  • Takut sendiri dan tidak berdaya. Ini membuat orang cemas menghadapi masa depan, defensif, hidup minimalis, tidak berani ambil resiko.
  • Takut mati atau takut segala macam hal. Ini juga membuat orang lumpuh dan tidak bias menikmati kehdiupan, apa yang di depan matanya.

Mengapa lima takut itu muncul?

Menurut saya sederhana: Dalam panggung kehidupan kita dikondisikan untuk merasa takut. Dalam drama kehidupan kita dilatih atau diajakan untuk merasa takut. Peran cerita drama itu menuntut kita mengekspresikan rasa takut, dan kita terlalu menghayatinya.

Oleh sebab itu, kita perlu membedakan peran dari sosok. Peran adalah karakter yang kita mainkan di atas panggung. Sosok adalah jati diri kita sebenarnya, di dalam dan di luar panggung.

Apakah kita miskin? Sosok kita sangat kaya, baik fisik, mental, maupun spiritual. Dan Tuhan memberikan kita segala yang diperlukan untuk menjadi diri kita. Jadi miskin itu hanya peran yang kita adopsi dalam perspektif panggung sandiwara kehidupan.

Apakah waktu terbatas? Waktu adalah konsep dimensi, karena panggung kita ada dalam dimensi ruang dan waktu.  Peran kita memiliki batasan ruang dan waktu. Tapi sosok sejati kita hidup dalam kekekalan (eternity).

Apakah kita harus takut membuat keputusan? Di atas panggung cukup memilih ya atau tidak. Karena apapun yang kita pilih, konsekuensinya hanya ada di panggung sandiwara. Lagipula dalam sandiwara ada sutradara. Kita sudah tahu dalam kisah itu, pilihan yang terbaik adalah seturut kehendak sutradara. Turutin aja.

Apakah kita sendiri dan tidak berdaya? Kita kesepian karena kita memilih kisah yang mengharuskan peran kita itu kesepian. Padahal sosok jati diri kita adalah sosok yang hidup bersama Allah. Kalau menyadari hal itu, kita tidak pernah sendiri. Kita selalu ditemani, ditolong, dan diberdayakan Tuhan dengan setia.

Apakah kita takut mati? Mati itu hanya ada dalam cerita panggung. Peran kita itu mati lalu kita dibawa keluar dari panggung. Kita kembali ke sosok kita yang asli. Karena kita memang sekarang ada di atas panggung, tapi bukan berasal dari panggung. Apa yang harus ditakuti?

Jadi lima takut itu memicu kita kita untuk menyadari bahwa kita terlalu menghayati peran kita di panggung sandiwara kehidupan, sehingga kita lupa siapa jati diri kita sebenarnya. Kita harus selalu menyadari identitas kita yang sebenarnya. Dan itu bebas takut.


  1. Jadi lima takut itu memicu kita kita untuk menyadari bahwa kita terlalu menghayati peran kita di panggung sandiwara kehidupan, sehingga kita lupa siapa jati diri kita sebenarnya




Leave a comment