Oleh-Oleh Sumba Timur (2)
Salah satu kesulitan di Sumba Timur adalah air bersih. Baik air minum maupun air untuk pertanian. Jadi kami harus mencari solusi pengadaan air. Tentu dimulai dengan mencari sumber air: mata air, sumur, sungai.
Ritual penduduk tiap hari adalah berangkat ke sumber air, ber kilometer, untuk mengisi jerigen persediaan air minum sehari. Maka kamipun pagi-pagi sudah bangun dan berangkat mencari air. Untuk merasakan sendiri bagaimana repotnya mencari air minum. (Cuma kalau lembah sebersih ini, kok nggak terasa repot ya?)
Di lembah terdapat mata air yang mengalir sangat kecil. Hanya seperti aliran pipa di akuarium rumahan. Jadi di situ sudah dibangun tiga bak penampungan. Satu untuk minum, satu untuk cuci dan mandi, serta satu lagi untuk kebutuhan ternak. Orang harus menunggu satu hari satu malam untuk mengisi bak itu.
Jadi ya harus dihemat. Diambilnya cuma satu jerigen. Dan diangkut di kepala, dan kembali nanjak menaiki lembah. Dan itu adalah kebutuhan minum keluarga sepanjanga hari. (Kami pikir, lupakan mandi. Karena begitu keluar dari lembah, badan sudah penuh keringat.)
Yah, susah juga kalau mata air sekecil itu. Akhirnya kami berangkat ke tempat yang lebih jauh. Kali ini mencari sungai. Setelah ngos-ngosan jalan menuruni lembah yang lebih curam (tapi stunningly beautiful) akhirnya kami sangat gembira. Kuping mendengar gemercik deru air sungai seperti musik indah. Alirannya agak kecil memang, tapi jelas bukan pipa akuarium itu. Ini layak untuk dipompa ke atas.
Melihat sungai ini, kami senang. Berarti ada kasus pemompaan yang bisa dicoba. Dengan antusias, kami melihat berbagai kemungkinan untuk bendungan kecil, tempat pompa, tempat listrik pikohidro, dan pipa naik ke atas. Sebelum berangkat kami berpose sejenak. (Masih gaya, lupa harus mendaki lembah yang tinggi. Beberapa waktu kemudian beberapa dari kami terkapar gemetar kelelahan nanjak tebing curam. Dan lupa bawa air minum! Dasar orang kota)
-
1
Pingback on May 23rd, 2009 at 11:40 am
[…] tanahnya kelihatan subur sehingga dapat ditanami padi. Kami tidak melihat adanya saluran irigasi. Ada sungai di dekat rerumbunan pohon itu, tapi 200 meter ke bawah sana. Saya kira, sawah ini hanya ditanami pada musim penghujan […]
November 28, 2008 at 1:57 pm
Beberapa hari gk posting, rupanya ke sini toh Pak … 🙂
December 1, 2008 at 11:20 am
perbukitan yang hijau permai (cat:kalau nggak ingat susahnya cari air di sana)…duh damainya.