Cinta: Antara Kata Sifat dan Kata Kerja
Pada umumnya orang mengasosiasikan cinta dengan kata sifat. Dengan perasaan. Padahal saat saya mengatakan I love you, cinta di sini adalah kata kerja. Mengubah cinta dari kata sifat menjadi kata kerja adalah kunci cinta sejati.
Saat cinta menggambarkan perasaan, maka ia menjadi emosional. Emosi itu adalah kondisi kimia dalam tubuh kita yang teraosiasikan dengan stimulus. Ia datang dan pergi seperti angin. Ia tidak memiliki memori. Ia bisa menggebu-gebu. Namun saat stimulus hilang, demikian juga perasaan cinta.
Cinta emosional itu berorientasi pada diri sendiri. Kita berharap orang yang kita cintai itu melakukan sesuatu untuk kita. Kita mau orang yang kita cintai itu memberikan sesuatu yang kita inginkan. Cinta ini digerakkan emosi tanpa sadar.
Cinta sejati tidak seperti itu. Cinta sejati itu berupaya memberi. Ia memperhatikan kebutuhan si dia. Ia menyayangi tanpa motivasi selfish.
Ini memang sukar dilakukan, terutama bila pemahaman cinta kita itu emosional. Kalau si dia tidak memberikan stimulus yang tepat, cinta kita hilang.
Ini memerlukan cinta sebagai kata kerja. Cinta yang bersifat aktif verb, aktif melakukan sesuatu untuknya.
Itu berarti kita mencintainya dengan pikiran kita, dengan jati diri, dengan sistem nilai kita. Kita mencintainya secara sadar. Motivasi kita adalah motivasi sistem nilai manusia, bukan motivasi dorongan hewani.
Semoga the joy of loving menyertai hari-hari anda.
September 29, 2008 at 11:10 am
Aduh pak, saya baru mau membahas hal ini di blog saya. ternyata sudah ada dulu disini. 😀
setuju, banyak yang salah mengasosiasikan beberapa kata kerja menjadi kata sifat. termasuk cinta, dan satu lagi : bahagia.
padahal jika memahami bahwa sejatinya cinta ( dan bahagia ) adalah verb, maka cinta benar – benar tinggal sebuah pilihan.
Wow, what a wonderful life. isn’t? 😉
September 29, 2008 at 12:23 pm
@F: Ya benar, it is a wondeful life. Saya yakin masih banyak sisi yang perlu terungkap, yang selalu bisa ditulis. Thanks untuk visiting dan commentsnya. Salam saya
September 29, 2008 at 1:45 pm
katanya mencintai itu lebih sulit daripada dicintai ya Pak…bener gak tuh?
**pertanyaan bodoh ya**
October 1, 2008 at 6:32 pm
Menurut saya, cintai sejati bkn bagaimana qta memberi, tp bagaimana qta menerima kekurangannya.. Benar ga? Terkadang Saya melihat, banyak pasangan seusia saya, menyudahi hubungan mereka dgn alasan, ‘tidak cocok’.. Padahal, setiap org memang tidak mungkin menemukan pasangan yg 100% cocok.. Seharusny dia dapat menerima kekuranganny, barulah hubungan tsb dpt awet.. Betul tidak? Saya setuju dgn Anda, cinta sejati terus ada walau tidak ada stimulus dan tidak akan pudar walaupun d beri berjuta2 halangan.. T.T
October 2, 2008 at 11:15 am
Pada prinsipnya kita menerima 1 paket, baik dan buruk. Ga bisa diambil baiknya aja, dan ga mungkin buruk terus. Selalu ada baik dan buruk. Terima baik dan buruk sebagai 1 paket yg tak terpisahkan, dengan begitu kita menerima dia sebagai seorang yg utuh.
October 17, 2008 at 8:46 pm
kalau boleh saya mengutip dari sebuah tulisan lain , katanya Makna Cinta sering direndahkan dengan (maaf) hubungan seks..sebenarny ada kekuatan yg sangat besar dalam kata Cinta..sayap-sayap cinta adalah keiklasan. dengan keiklasan maka Cinta akan membuat kita bersayap..dan terbang tinggi…