Julukan
Beberapa kali saya mendengar orang menganggap saya sebagai seorang seniman. Saya kaget, mengapa bisa begitu?
Di ITB ini dijuluki seniman itu tidak selalu berarti bagus. Ini julukan bagi orang yang tidak bisa dipegang. Suka-suka sendiri. Seenaknya. Tidak bisa diandalkan. Better left alone.
Jadi waktu julukan seniman itu diterapkan pada saya, saya kaget juga. Apa benar saya ini orang yang tidak bisa diandalkan?
Atau maksudnya saya itu memiliki bakat seni? Artis? Hehe kalau itu boleh juga. Tapi ya saya juga tidak merasa begitu. Rasanya jauh. Sehari-hari itu saya entah mengajar, meneliti, atau manajemen. Tidak menghasilkan karya seni.
Terlepas apa pikiran orang tentang kita, yang paling penting itu kita menjadi diri kita sendiri. Kita berusaha untuk apa adanya kita. Tidak berusaha membandingkan diri dengan orang lain. Tidak berusaha untuk berkompetisi dengan orang lain. Tidak berusaha untuk menjadi seperti orang lain.
Karena tekanan untuk konformitas, untuk menyesuaikan diri, sangat besar. Kita selalu didorong untuk sama dengan kelompok. Punya pendapat sama. Punya gaya sama. Punya cara yang sama.
Ini tidak baik. ini bisa membuat kita menjadi mediocre. Menjadi nobody. Sekedar statistik.
Jadi biarlah, kita disebut seniman, atau julukan apapun. Take it as a compliment. Yang penting kita sudah menjadi diri kita sendiri.
June 18, 2010 at 8:31 pm
mungkin karena ikutan bandos?
June 19, 2010 at 1:11 am
temen saya dijulukin seniman sama dosen pembimbingnya, karena jarang dateng bimbingan sama lambat TA nya. “udah kayak seniman aja kamu!!” begitu katanya. hehehe..
June 21, 2010 at 9:37 am
Menurut saya, tulisan-tulisan Bapak yang menggugah dan mudah dicerna itu seni Pak.
June 23, 2010 at 6:29 pm
Setuju dg mas Marko…
#fans..