Mujur vs Sial

Pilih mana? Jadi orang mujur atau jadi orang sial? Ini sebuah pilihan lho…

Kita pikir mujur atau sial itu nasib. Sesuatu yang terpaksa harus kita terima.

Padahal itu adalah pilihan. Kitalah yang memilih untuk mujur atau sial.

Lho, maksudnya bagaimana?

Ada suatu kisah nyata. Seorang psikolog melakukan survey terhadap sekelompok orang. Ia mengklaim bahwa dunia ini penuh kemujuran. Satu per satu anggota kelompok kemudian dikirimnya ke sebuah bar dengan instruksi untuk mencari kemujuran itu.

Mereka tidak tahu bahwa psikolog itu sudah bekerjasama dengan pemilik bar. Ia menyewa aktor dan aktris untuk pura-pura menjadi pengunjung bar. Kemudian mereka sengaja meletakkan uang kira-kira 50 dollar di jalan menuju pintu. Reaksi dari anggota kelompok itu diam-diam diamati dan dicatat.

Apa yang terjadi? Anggota kelompok itu kembali dan melaporkan hasilnya. Ternyata sebagian melaporkan menemukan kemujuran, dan sebagian melaporkan sebaliknya.

Orang yang melaporkan adanya kemujuran itu ternyata mengambil uang $50 yang jatuh itu, kemudian menraktir orang-orang asing yang ada di sekelilingnya, sambil ngobrol menghabiskan uang itu. Dari obrolan itu, mereka bisa saling kenal, dan bahkan sampai bisa punya peluang bisnis. Maka orang ini melaporkan menemukan kemujuran: teman baru, peluang baru, dan sebagainya.

Orang yang tidak menemukan kemujuran ternyata juga memungut $50 itu, mengantonginya. Tapi ia kemudian duduk sendiri dalam bar. Menunggu kemujuran. Sampai bosan, tidak ada yang muncul.

Ternyata kemujuran itu soal sikap. Soal attitude. Soal fokus.

Orang mujur itu ternyata selalu merasa ia ditakdirkan untuk mujur. Jadi semua keadaan dan kejadian ia anggap sebagai pertanda dan jalan agar kemujuran datang.

Ia selalu memperbesar peluang untuk kebaikan datang padanya. Apa yang ia lakukan selalu menaikkan kemungkinan kemujuran tiba.

Ia juga pintar dalam hal mengubah peristiwa buruk menjadi peluang. Kegagalan menjadi jalan menuju keberhasilan. Ia mampu memanfaatkan krisis untuk suatu keuntungan.

Jadi, mujur atau sial itu bukan nasib. Itu pilihan.

Kalau sudah begitu, maka marilah kita menganggap sudah takdir kita untuk menjadi orang mujur. Pilihlah sikap bahwa anda orang mujur.

Because you are


  1. Kirain orang yang sial tidak berhasil menemukan uang 50 dollar itu walaupun duit itu ada di dekat mereka 🙂

  2. Xandria nge-rasa ini contoh yang kurang keliru,..kasusnya di Bar..jadi gimana kalau orang yang Islam (ulama), ngapain dia mau pergi ke Bar, terus sy rasa orang Islam yang alim, tidak akan mengambil sesuatu yang bukan pilihannya, menurut Xandria…postingnya belum related terhadap hal yang disampaikan..mengenai nasib sial dan mujur..




Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s



%d bloggers like this: