Virtualisasi
Meskipun saya pengguna Linux Ubuntu, saya masih hidup di dunia yang tidak bisa lepas dari Microsoft Office. Jalan keluar terbaik: virtualisasi.
Meskipun lumayan fasih menggunakan Windows dan Ms Office, saya sudah terbiasa dengan Ubuntu, Openoffice, dan Lyx. Saya senang dengan program-program opensource dan yang gratisan.
Cuma saya tidak selalu bisa menghindar. Misalnya saat saya mengirim makalah untuk konferensi atau jurnal, saya diminta memasukkan file Ms Word nya. Saya pernah measukan file bikinan open office, tapi hasil print outnya tidak selalu sama persis. Apalagi kalau ada persamaan matematika.
Jadi cukup lama saya menggunakan metoda dual-boot. Komputer saya di-install dengan dua operating systems, Ubuntu dan Windows. Di windows saya pasang Office. Lumayan untuk urusan paper itu.
Tapi saya pikir-pikir lagi, rugi juga. Selain makan partisi harddisk, metoda dual boot itu memaksa saya untuk berhadapan dengan ancaman virus, validasi windows, dan berbagai detail yang tidak berguna. Dan saya menggunakannya jarang sekali. Hari-hari ini saya perlu karena panitia Konferensi Artepolis 3 minta makalah sesuai template MS Word.
Maka solusi paling tepat untuk saya adalah virtualisasi. Saya menggunakan program Virtual Box (open source edition) yang saya pasang di ubuntu saya (Lihat screenshot). Di Virtual Box itu saya setup virtual machine dan virtual hardisk untuk Windows XP. Dengan tambahan program guest addition, Virtual Box ini bisa terintegrasi dengan Ubuntu, seperti sharing mouse dan storage. melalui CDROM saya bisa menginstall Office 2007. Sekarang sudah siap action untuk memenuhi tuntutan konferensi Artepolis 3.
Saya bisa memasang Windows 7 juga. Tapi saya memutuskan untuk menggunakan XP, karena tuntutan memori RAM yang cukup rendah. di Virtual Box, XP hanya butuh 192 MB, sedangkan Win7 butuh hampir 1 GB. Juga setelah saya install semua yang saya perlu, virtual hardisknya hanya butuh sekitar 3.4 GB (klik ke gambarnya untuk melihat lebih detail). Saya sudah copy file ini ke flash disk, yang saya bisa bawa-bawa untuk dibuka di komputer lain.
Saya lagi minta seorang mahasiswa saya untuk coba teknologi Ubuntu Server JeOS yang didesain untuk menjalankan virtual machines. Ubuntu JeOS ini minimalis. Detail lain disimpan di virtual machine. Nanti komputer kita bisa divirtualisasi dan disimpan di sebuah server atau flash disk. Saat kita perlu bekerja, kita bisa ambil file virtual machine/disk kita itu, cari komputer JeOS, dan meneruskan pekerjaan kita di situ. Asiik.
June 2, 2010 at 11:14 pm
wah pengguna ubuntu ya.that’s good
tapi seh jika emang ada kesusahan seperti ini mending make windows ajah biar ga kesulitan ntar.soalnya ga semua hal yg windows bisa lakukan ada di ubuntu.
June 3, 2010 at 3:11 am
wah…. kita punya nasib yang serupa pak….. saya juga pengguna Linux Ubuntu. sejak mengenal dan jatuh cinta dengan Linux, saya mengganti sistem operasi PC di kantor dari Windows Vista ke Knoppix, lalu pindah ke openSUSE dan terakhir sangat sayang dengan ubuntu.
namun, karena ada aplikasi di kantor yang dibuat rekanan hanya bisa dijalankan di sistem windows, sy juga install virtual box dengan mengisi sistem operasi windows xp. setelah beberapa waktu banyak teman kantor yang complain karena mereka kesulitan/tdk familiar menggunakannya, akhirnya saya menjadikannya dual boot.
pc dg dual boot ternyata mengakibatkan masalah baru yaitu proses yang lambat, akhirnya saya mengalah dengan mengembalikannya ke single boot windows, sedangkan untuk memenuhi kecintaan saya pada ubuntu terpaksa saya menjalankan Linux Ubuntu dengan bantuan sebuah flashdisk
June 3, 2010 at 10:03 am
seperti saya dulu pak, 6 bulan saya native menggunakan Linux Ubuntu.. Kerjaan yang ada kaitannya dengan jaringan atau internet saya jalankan di Ubuntu, tapi kalau sudah masuk office saya virtualisasi juga pakai VirtualBox..
mantabs memang pak, transfer data antara Ubuntu (host) dengan Windows (guest) lancar.. bisa sharing harddisk & partisi juga.. tapi dengan virtualisasi seperti itu ternyata komputer saya tidak kuat (sering panas), jadi cuma bertahan selama 6 bulan hehe..
kalau sekarang saya hijrah ke mac, jadi agak jarang ubuntuan lagi.. namun jiwa nya sama soalnya tetep bisa main di terminal.. ya karena masih UNIX based.
Btw itu di running di laptop atau desktop pak?
June 4, 2010 at 12:15 am
Lebih asyik lagi, JeOS diinstall di satu partisi usb flash yang diset bootable.
Jadi tidak perlu mencari komputer JeOS lagi :). Di komputer mana pun kita bisa bekerja dengan environment OS kita. Image virtual bisa disimpan di partisi lain dari usb flash tersebut. Data disimpan di partisi yang lainnya lagi.
Image virtual tentu bisa langsung dibuka (diakses) dari JeOS.
Seperti di VirtualBox, dengan guest addition suatu folder dapat dishare antara host dengan guest. Ini berguna untuk membuka partisi data dari guest. Belum tahu kalau menggunakan virtualizer lain (JeOS menggunakan hypervisor VMWare?).
June 8, 2010 at 8:14 am
Wah asik nih mas Didik. Howto nya di mana ya? Saya mau coba…
June 4, 2010 at 9:54 am
klo cuman butuh office saja, ga coba wine?
June 4, 2010 at 5:06 pm
setuju dengan aespe,
Kalau cuma butuh office bisa pakai wine atau crossoveroffice.