Berhala
Mengapa berhala begitu berbahaya, sampai Tuhan freaks out?
Berhala, atau dikenal juga sebagai idols, adalah benda mati yang dipercaya mewakili Tuhan. Biasanya berhala ini merupakan karya manusia atau karya seni yang terkadang istimewa. Patung-patung misalnya. Bentuk berhala menyerupai makhluk hidup, bahkan dianggap menyerupai Tuhan. Jadi orang kemudian menyembah berhala seperti menyembah Tuhan.
Mengapa bisa terjadi? Karena kita mau gampang. Cari Tuhan kok susah, tidak terlihat. Maka jauh lebih mudah melihat patung atau berhala. Lewat berhala, panca indera kita dipuaskan. Bahkan patung itu bisa kita buat sesuai selera kita. Bisa berbentuk pria gagah, wanita cantik, atau hewan. Semua daya imajinasi dan ketarnmpilan bisa kita kerahkan untuk membuat berhala yang bagus-bagus. Sehingga kita puas. Dan bisa menganggapnya layak untuk mewakili Tuhan. Layak disembah.
Sekilas memang ini jelas konyol. Itukan benda mati. Tidak bisa apa-apa. Bahkan ia memerlukan bantuan kita untuk berdiri tegak. Kalau tidak kita topang, rubuhlah dia. Boro-boro menolong kita. Menolong sendiri sendiri saja tidak bisa.
Tapi kalau kita telaah lebih dalam, penyembahan berhala ini adalah sumber dari berbagai bencana dan malapetaka dalam kehidupan manusia.
Mengapa demikian?
Karena, sebagaimana dikatakan tadi, penyembahan berhala itu awalnya dari kemalasan kita untuk mencari Tuhan. Pengen instan, ada. Pengennya Tuhan itu memuaskan indera kita. Bisa dipegang. Kemudian lebih parah lagi, inginnya Tuhan bisa kita kendalikan sesuka kita. Kita ciptakan sesuai selera kita.
Jadi penyembah berhala sebenarnya adalah penyembah sesuai selera. Penyembah hal-hal yang trivial. Penyembah untuk mengendalikan Tuhan.
Dan semua masalah kita itu adalah akibat kita ingin mengendalikan Tuhan, mengendalikan dunia, mengendalikan orang lain, untuk memuaskan selera kita.
Selera, atau taste, itu sungguh celaka. Karena selera itu dibentuk pada saraf kita. Bukan pada akal budi kita. Selera itu dibentuk pada neuron. Bukan hikmat.
Dan kita semua korban pembentukan selera. Mulai dari selera selera merokok, mie instan, selera fast food, selera junk food, selera makanan berlemak, gula dan kolesterol tinggi, selera minuan alkohol, selera obat terlarang, selera minuman soft drink, selera berpakaian, selera mobil, selera rumah, selera berteman, selera seksual menyimpang, selera musik, selera bacaan, bahkan selera beragama dan ber Tuhan.
Semua iklan itu adalaupaya membentuk selera. Tujuannya untuk anda ketagihan dan selalu mau mengkonsumsi (dengan beli tentu saja) produk yang diiklankan itu. Makin anda serakah, makin sukses pembentukan selera.
Kita diajarkan untuk menyukai sesuatu, rakus akan sesuatu, tanpa kita menyadarinya. Karena kita dipuaskan di level saraf, di level indera, bukan hikmat dan akal budi.
Dan itulah esensi dari penyembahan berhala! Dipuaskan pada level saraf, panca indera, bukan batin, akal budi. Level fisik, bukan rohani.
Jangan cepat mengejek orang yang masih menyembah berhala sebagai orang sesat atau primitif. Karena kita semua adalah penyembah berbagai berhala. Terutama saat decision kita lebih mengutamakan pemenuhan selera ketimbang esensinya. Dan akibatnya hidup kita trivial, hampa, susah dan menyakitkan…
Makanya tidak heran Tuhan freaks-out melihat manusia menyembah berhala, bukan diriNya…
May 17, 2010 at 11:19 pm
Yang namanya “berhala” kan tidak terbatas pada hal yang terlihat / tersentuh aja. Ada juga berhala yang sifatnya intangible… seperti… paling gampang, popularitas.
May 29, 2010 at 8:59 am
katanya “PANCASILA” juga berhala ya?
bener gak sih???