Meaningful Broadband
Untuk mengakselerasi penetrasi broadband di Indonesia, kita memerlukan model penetrasi. Model itu perlu mempertimbangkan aspek meaningfulness. Aspek makna broadband bagi kehidupan masyarakat.
Tadi pagi saya ke Jakarta untuk berbicara di Forum Broadband, yang diselenggarakan Masyarakat Telekomunikasi (Mastel). Saya mewakili Indonesia Group Against Digital Divide (IGADD). Kebetulan Chairman IGADD, Dr Ilham Habibie tidak bisa hadir, sehingga saya diminta beliau untuk menyampaikan presentasinya. Kebetulan presentasi sudah dibuatkan staf pak Ilham, jadi saya tinggal menyampaikannya.
Saat ini penetrasi seluler sudah cukup luas. Jumlah SIM Card yang beredar mencapai 140 juta, atau 67 % dari penduduk Indonesia. Hebat sekali sebenarnya.
Akan tetapi perusahaan seluler mengeluh. Karena penghasilan mereka agak stagnan. Semua banting harga sehingga revenue tidak meningkat seiring meningkat jumlah pelanggan. Dulu industri telepon tidak bisa membayangkan bisa selamat dengan pendapatan per bulan dari tiap customer (average revenue per user, ARPU) di bawah Rp. 125 ribu. Hari ini operator beroperasi dengna ARPU serendah Rp 30 ribu per bulan.
Seebenarnya jalan keluar ada dua, bukan? Melakukan efisiensi skala sehingga biaya bisa semakin di tekan. Atau daya beli pelanggan harus meningkat agar ARPU tidak lagi harus ditekan.
Formula yang dilakukan selama ini cenderung bersifat inovasi global. Setiap ada inovasi broadband dunia, seperti GSM, CDMA, ADSL, 3G, Wimax, dan sebagainya, operator berlomba memasangnya bagi masyarakat, dengan harapan tercipta pasar baru. Tapi formula ini tidak seimbang. Ia harus dilengkapi, dikomplemen, dengan invasi nilai lokal. Yakni invasi makna. Meaningful broadband.
Apa maksudnya?
Broadband perlu sekaligus usable, affordable, dan empower bagi user. User harus mendapatkan manfaat maksimal, dengan harga yang terjangkau. Kemudian layanan itu bisa memberdayakan user untuk masuk menjadi kelas menengah, yang sanggup untuk mendatangkan ARPU yang lebih tinggi.
Empowerment dalam hal apa? Bagi masyarakat kelas bawah, bottom of pyramid, BoP, layanan broadband harus bisa membuat mereka memenuhi kebutuhan kehidupan mereka secara terjangkau. Terutama pendidikan dan kesehatan. Untuk masyarakat kelas menengah, middle of pyramid, MoP, layanan harus bisa membuat mereka menjadi produktif, menghasilkan nilai yang affordable bagi mereka yang berada di BoP. Untuk masyarakat kelas atas, top of pyramid, ToP, broadband adalah peluang investasi.
Kemudian untuk broadband bisa menjangkau seluruh masyarakat, perlu dibuat skenario roadmap dan milestones. Milestones ini tentu harus didasarkan pada indikator-indikator penetrasi, dampak ekonomi, serta meaningfulness. Indikator-indikator ini datang dari tiga model: model penetrasi, model dampak ekonomi, serta model meaningfulness.
Model itu sendiri terdiri dari apa? Model itu sebenarnya adalah deskripsi ekosistem dari players dan aktor yang berpengaruh dalam broadband. Deskripsi ini juga menjelaskan behaviours dari players serta forces atau motivasi dari players ini. Kemudian model ini menjelaskan relasi antar aktor, serta kaitannya dengan indikator-indikator tadi.
IGADD sedang bekerja keras untuk menyusun ketiga model ini. Barulah dari model-model ini kita bisa menyusun strategi dan rencana untuk menaikkan penetrasi broadband di Indonesia. Operator bisa menggunakan model ini untuk mendorong investasi. Saya juga berharap regulator bisa meanfaatkan model-model dan indikator-indikator ini dalam mengawal penetrasi broadband.
Singkatnya, untuk bisa membuat broadband berkelanjutan (sustainable) di Indonesia, layanan broadband harus bermakna, meaningful bagi kehidupan masyarakat. Untuk mengetahui apakah layanan kita sudah meaningful, diperlukan sekumpulan indikator serta target pencpaiannya. Untuk bisa mencapai target indikator itu, kita perlu memiliki model. Dan IGADD sedang menyusun model itu.
Hehehe, kalau anda bingung, nggak ngerti dengan tulisan saya ini, jangan kuatir. Waktu saya menyampaikan hal ini di seminar tadi, I drawed blank looks. Sampai-sampai moderator menginterupsi saya untuk bertanya apa gunanya ini semua untuk Mastel. At that point I gave up. Kalau profesional saja kesulitan memahami manfaat dari model meaningful broadband, saya perlu mencari jalan lain untuk menjelaskannya.
In meantime, semoga blog ini meaningful buat anda.
April 9, 2010 at 6:23 pm
Blog ini meaningful buat saya pak Armein. Kalau ada yang tidak saya mengerti (banyak sepertinya), setidaknya saya bisa tahu hal-hal yang belum dimengerti.
Semoga tetap semangat untuk menulis di blog.
April 12, 2010 at 1:04 pm
Wah kalau meaningful broadband, mungkin seharusnya orang kalau ingat broadband ingat kemajuan Pak, bukan cuma facebook, twitter atau chatting.
Tampaknya Operator sudah melaksanakan kewajiban dengan me-roll-out jaringan network dan berbagai paket yang bisa dipilih sesuai kebutuhan.
Kalau Team dari ITB bisa memberi nilai tambah yang strategis untuk infrastruktur yang sudah ada pasti lebih broadband bisa lebih meaningful lagi Pak :).
Seperti di india ada aplikasi Bhoomi, yang menyentuh 6.7 jt petani. http://bhoomi.karnataka.gov.in/ kalau tidak salah mereka bisa mengeluarkan print out dari warnet, dan digunakan meminjam uang untuk membeli pupuk.
Mengutip kata-kata “Needs is the mother of all invention”, Semoga ITB bisa memberi nilai tambah pada infrastruktur broadband, sehingga bisa mengangkat harkat Poorest among the poor. Ditambaha lagi kalau resource pintar di ITB tidak kurang, dari yang jago bisnis, matematika, mesin, astronomi, seni, informatika yang ilmunya harus disebar luaskan melalui IT supaya beranak pinak.
Sehingga walaupun loosely coupling, Operator Telco dan ITB dapat bekerja sama memajukan negara ini.