Bayar Aja…
Apa nilai uang bagi anda? Apa guna uang? Untuk memaksimalkan kegunaan uang, anda perlu mengadopsi sikap Marco, anak bungsu saya: bayar aja…
Saya pernah cerita dulu. Waktu Marco masih kecil, lewat tukang sayur di depan rumah. Marco ingin makan ayam goreng, jadi Ina tawar-menawar dengan tukang sayur. Rupanya tawar-menawar berlangsung seru, ribut soal selisih harga dua ribu rupiah. Dan Ina menggunakan taktik mundur untuk menang. Maksudnya, pura-pura tidak jadi padahal sambil menunggu dipanggil penjual. Tapi di mata Marco, ini gawat. Ayam gorengnya bisa batal. Maka dengan keras Marco berseru, “Mama! Mama!… udaaah beli ajaaa. Uang dua ribu lagi ambil aja dari dompet Koko sana!”.
Bayar ajaa…
Fungsi uang memang ada tiga: alat tukar (untuk jual-beli), alat menyimpan nilai (tabungan), dan alat untuk mengukur nilai (aset dan pembukuan). Dan prinsip yang optimal tentang penggunaan uang adalah. Bila ada sesuatu bernilai tinggi dengan harga yang murah, beli. Bila sesuatu bernilai rendah berharga mahal, jual.
Dengan kata lain, uang itu tidak boleh diam. Ia harus begerak. Ia harus aktif dipertukarkan dengan sesuatu. Sesuatu itu bisa bermakna atau bernilai rendah atau tinggi bagi kita. Nah kalau kita memiliki sesuatu yang bernilai rendah, bermakna rendah, maka kita cek harga nya di pasar. Kalau harganya tinggi, kita jual sesuatu itu, supaya uang kita bertambah.
Sebaliknya, kalau kita melihat sesuatu yang berharga dan bermakna tinggi bagi kita tersedia di pasar dengan harga murah, maka segera kita keluarkan uang kita untuk membelinya. Bayar aja. Seperti Marco. Buat Marco ayam goreng itu lebih berharga dari uang dua ribu perak di dompetnya. Bayar aja.
Orang bilang, money will not buy happiness. Saya bilang, if money can buy happiness, just buy it. Never hesitate.
Anak-anak saya tidak boros, dan mendapat uang jajan rutin dari Ina. Tapi karena sudah besar-besar, kadang-kadang pengen juga mereka jajan di cafe atau beli baju, kan? Jadi kalau saya surprise mereka dengan uang dari kantong saya, mereka tersenyum senang sekali. Saya tidak membeli mereka, atau mengukur anak-anak saya dengan uang. Tapi saya merasa uang saya itu jauh lebih berguna untuk mereka ketimbang nongkrong di dompet saya. I got the best value for the money…
Saya belajar untuk tidak men-sakralkan uang. Tidak mengkait-kaitkan uang dengan ideologi atau prinsip yang luhur-luhur. Buat saya uang itu hanya kertas yang dicetak di Bank Indonesia. Jauh lebih penting adalah saya memiliki semacam cara hidup yang membuat saya menjadi magnet bagi datangnya uang yang saya perlukan. Secukupnya. Kemudian saya tidak ragu-ragu mengeluarkan uang, seberapapun besarnya, untuk sesuatu yang bernilai dan bermakna bagi hidup saya.
Dengan kata lain, bayar aja….
Ada orang-orang yang mengakali kantor pajak agar tidak perlu membayar pajak yang seharusnya. Kita seharusnya belajar untuk membaca peraturannya sehingga kita bisa menekan jumlah pajak seminimum mungkin, tanpa melanggar hukum. Setelah itu kita bayar tanpa mikir, berapapun jumlahnya.
Saya pernah berkali-kali ditangkap polisi di jalan. Dan setelah berurusan dan bertengkar, ujungnya polisi minta uang. Ada waktunya saya ngotot tidak mau, akhirnya dengan jengkel ia melepas saya. Tapi ada waktunya saya bayar. Saya sedang sibuk dengan urusan saya, dia minta, dan saya malas urusan ini mengganggu hal yang lebih penting atau lebih asik. Saya bayar saja.
Bahkan saya pernah jadi ketua suatu panitia, dan meminta jasa pihak lain. Karena saya tidak hati-hati di awal, ternyata tagihan mereka membengkak melebihi perkiraan kami. Walaupun teman-teman panitia pada protes dan tidak ikhlas, saya putuskan bayar saja. Daripada kita punya hutang atau dianggap ngemplang, kan? Anggap saja ongkos belajar. Lain kali saya akan lebih pintar, dan nggak akan mau lagi begitu. Bayar saja..
Jadi memang uang itu harus ditempatkan pada tempat yang sebenarnya. Yaitu untuk membayar semua yang kita anggap jauh lebih bernilai…
March 30, 2010 at 4:56 pm
Perlu wisdom yang cukup utk menerapkan prinsip “bayar saja” ini Pak….. kalau terbalik-balik, bisa berbahaya…:)
just my 2 cents
JS
March 31, 2010 at 4:17 am
sedikit kurang setuju terhadap penyuapan polisi Pak, mungkin “bayar aja” nya di bagian pembayaran tilang saja 🙂
April 16, 2010 at 8:10 pm
uang juga bisa menjadi diam, kalau kita menggunakanannya untuk koleksi 😀