Empty Leaderships

Kepemimpinan yang lemah bisa membuat kita semua kecewa. Akan tetapi yang paling merusak adalah kepemimpian yang kosong. Empty leaderships.

Apa maksudnya?

Saya ambil contoh nyata. Kami di ITB sedang bekerjasama mengerjakan suatu konsep yang kami anggap penting untuk diterapkan di Indonesia. Maka salah satu rekan pimpinan dari kegiatan kami berusaha bertemu Mr. X, seorang Menteri dalam bidang yang langsung terkait. Dalam suatu resepsi, rekan pimpinan kami ini berhasil berjumpa Mr X, dan segera menyampaikan ide kami itu. Sayangnya, sang Menteri cuma mengangguk-angguk, tapi jelas sekali pikirannya sedang melayang ke mana-mana. Dan percakapan itu tidak menarik buatnya, alhasil ide rekan kami itu pun tidak tersampaikan.

Pengalaman saya juga terkadang begitu. Berjumpa dengan atasan-atasan yang tidak tertarik dengan ide-ide untuk mengembangkan organisasi. Kalau kita menyumbang pemikiran, dianggap mengkritisi. Tapi kalau ada ide yang sebenarnya useless buat organisasi, tapi bisa membuat dia mendapat keuntungan pribadi atau jabatan lebih tinggi, maka ia semangat sekali.

Orang bilang ini sebenarnya wajar saja. Tapi menurut saya mungkin wajar untuk orang jalanan, tapi tidak wajar untuk pemimpin.

Dalam kepemimpinan kosong, empty leaderships, pemimpin sibuk dalam status pimpinan. Tapi tidak ada fungsi kepemimpinan yang dijalankan. Pemimpin sibuk dengan ritual organisasi. Tapi tidak ada perubahan nasib yang terjadi. Pemimpin sibuk dengan overhead dan penunjang. Tapi kegiatan core, utama, tidak terjadi. Dan ia akan tidak peduli dalam mengurusisigak untuk mengurusi

Kalau kita tidak berniat memperbaiki nasib orang yang kita pimpin, kita jangan pernah mengemban amanah seorang pemimpin. Kalau kita tidak pernah mau berjuang, berkeringat, untuk melakukan perubahan keadaan, kita jangan menerima penunjukan tugas kepemimpinan. Apalagi mengejar-ngejarnya. Tabu!

Empty leaderships berakibat kerugian yang sangat mahal. Bukan saja kemajuan terhenti, karena tidak diperjuangkan. Terjadi pemborosan waktu, karena waktu dihabiskan untuk ritual. Terjadi pemborosan biaya, karena uang dihabiskan untuk hal-hal yang tidak berguna. Terjadi kerusakan organisasi, karena banyak kader-kader pemimpin tidak dikembangkan dan otot-otot organisasi melemah.

Kita bisa mentoleris kepemimpinan yang kurang skill atau kurang canggih dengan ilmu manajemen. Kita menghargai ketulusan dan keringat usahanya. Tapi menghadapi kepemimpinan kosong, kita ngeri. Kalau anda bertemu yang seperti itu, lebih baik menghindar jauh-jauh…


  1. permasalahan kepemimpinan dan atasan klasik di Indonesia pak.. sangat memprihatinkan,

    bila didunia bisnis dan perdagangan, banyak pemimpin yang mentalitasnya cuma berpikir ‘uang’ nya untung atau rugi. tidak melihat dampak kedepannya.

    kalau pola pikir seperti itu masih dimasukkan ke pola pikir seorang politikus, bisa sangat berbahaya.. yang penting untung, atau yang penting bisa kaya jadi pejabat.

    Kondisi di Indonesia sendiri juga agak berbeda dengan kondisi di kebanyakan negara2 maju, orang kaya biasanya mereka itu berdagang atau pengusaha, di Indonesia di tambah satu lagi, orang kaya itu pejabat.

  2. ya mungkin seharusnya bisa diberikan penjelasan ke menteri tersebut.berikan penjelasan ntar menteri itu dapat apa ajah.hidup kan emang seperti itu.harus bisa saling menguntungkan.susah seh kalau berharap akan idealisme.yg penting skrg tuh gimana caranya bisa mendapatkan banyak uang. 😛

  3. dan yang hebatnya lagi, kok orang model begitu bisa terpilih menjadi pemimpin? 😆

    Jadi yang salah adalah yang menyeleksi yang bersangkutan menjadi pemimpin. Tidak tahu kalau orang yang diseleksinya tidak memiliki kapasitas untuk memimpin.




Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s



%d bloggers like this: