Fisikawan dan Kolektor Perangko

Menurut Ernest Rutherford, cuma ada dua macam ilmuwan:  fisikawan atau kolektor perangko. Yang satu serius, yang lain cuma hobi.

Rutherford orang Selandia Baru yang berhasil menjadi ilmuwan kelas dunia, bapak dari fisika nuklir. Di awal 1900an dia menemukan inti atom, yang bemuatan positif. Dia penemu partikel alpha (proton-neutron) dan beta (elektron – positron) yang berperan dalam radiasi. Canggih. Ini kita bicara di tahun 1900an, saat komputer belum ada, dan pengetahuan alam masih dipengaruhi fisika klasik Newton.

Itu memang era di mana fisikawan menemukan berbagai ilmu pengetahuan yang spektakuler, yang sangat mengubah cara manusia memahami alam. Pemikiran mereka sangat baru, inovatif, dan revolusioner. Mengubah apa yang dipercayai berabad-abad.

Memang menjadi ilmuwan sejati itu perlu melepaskan diri dari ikatan konsep lama. Ilmuwan sejati itu tidak pernah merasa bahwa semua yang perlu diketahui sudah diketahui.

Ada masa seperti itu. Masa ilmuwan puas. Saat pengetahuan sudah bisa menjelaskan berbagai fenomena alam. Dan ilmuwan menjadi puas dengan mengetahui apa yang sudah diketahui, sehingga ia sekarang lebih bingung dengan posisi, kedudukan, pangkat. Ia sibuk berusaha untuk masuk ke dalam Academy of Sciences, atau badan bergengsi lainnya, untuk kemudian sibuk menjudge karya ilmuwan muda.

Ilmu menjadi hobby saja. Seperti kolektor perangko. Ia sangat menghargai ilmu, memang, tapi sebagai bahan koleksi untuk dikagumi.

Dan itu yang terjadi di akhir abad 19. Ilmuwan di dalam badan-badan formal merasa semua ilmu fisika sudah lengkap, dan bersikap kritis dan dismisif terhadap ide yang baru. Dan ternyata fisika klasik memang cukup lengkap untuk fenomena yang bisa dideteksi dengan indera dan kultur manusia saat itu. Tapi tidak untuk fenomena angkasa luar maupun fenomena mikro. Tidak cukup untuk mengerti alam semesta, kelahirannya, perkembangannya, dan ke mana kita menuju. Alam semesta ternyata elusif.  Apa yang kita ketahui itu sebagai kebenaran ternyata kemudian pergi, menghilang, menjadi meleset lagi.

Berabad-abad ilmuwan Barat menuntut bahwa usia alam semesta itu paling-paling puluhan ribu tahun, berdasarkan deskripsi Alkitab. Kemudian di ralat, dengan takut-takut, menjadi jutaan tahun. Naik lagi menjadi ratusan juta tahun. Di akhir abad 19 itu turun lagi. Pendapat resmi Akademi Ilmu Pengetahuan adalah puluhan juta tahun.

Hari ini, diperkirakan usia alam semesta antara 10-20 milyar tahun. Dan di mulai oleh sebuah big-bang. Dari satu titik singular, menjadi milyaran galaksi, di mana galaksi kita (bimasakti) cuma salah satunya. Dan Bumi sendiri berusia 4.54 milyar tahun.

Pengetahuan seperti ini tidak mungkin datang dari kolektor perangko. Ini datang dari ilmuwan sejati. Macam Rutherford.

Saya pikir ucapan Rutherford itu memang ganas juga. Tapi mengena…


  1. betul pak. Karena, ilmu pengetahuan (sains) itu menurut saya bersifat dinamis dan berubah-ubah.

    Teori apapun, belum tentu final. Bisa saja ada teori-teori yang lebih benar daripada teori sebelumnya seiring dengan berjalannya waktu (dan penemuan).




Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s



%d bloggers like this: