Road Rage

Pernah nggak anda marah di jalan karena dipepet orang lain, atau jalur anda diserobot? Marah seperti itu disebut road rage. Dan percaya atau tidak, itu tempat ideal anda melatih diri untuk sabar dan tenang.

Jemaat kami dulu punya seorang pendeta yang baik hati. Kecuali satu: kalau lagi nyetir. Mendadak ia berubah jadi pemarah. Kalau ada yang menyerobot jalurnya, ia merasa sangat tersinggung, merasa dizalimi, kemudian mengamuk, membalas menyerobot, dan siap berkelahi. Pendeta lho…

Saya sebenarnya ingin tertawa mendengar cerita itu. Tapi tidak jadi. Karena saya juga sering begitu. Di jalan, muncul jiwa kepahlawanan, berjuang sampai titik darah terakhir, mempertahankan jalur kita dari rebutan musuh. Hehehe…

Dan rupanya tidak cuma di jalan raya. Di trotoar juga mulai begitu. Di Amerika, baru-baru ini dua orang masuk rumah sakit, karena berpapasan di trotoar dan tidak ada yang mau minggir. Mereka kemudian berkelahi, dan ada yang mencabut pisau. Masuk rumah sakit.

Sebenarnya kita perlu belajar sabar. Perlu belajar menenangkan emosi. Apalagi perasaan bahwa kita itu dizalimi. Itu tidak berbeda dengan orang cengeng. Drama Queen. Mendramatisasi sesuatu.

Kalau kita di pepet di jalan, diserobot, cukup kita klakson menandakan displeasure, ketidak senangan kita. Tapi tidak perlu berlebihan. Tidak perlu mendendam. Apalagi sampai tidak bisa menghilangkan kemarahan. Suasana pelesir dan jalan-jalan bisa kacau. Piknik bisa rusak. Makan-makan jadi tidak lezat.

Lagipula kita tidak kenal dan tidak tahu orang tersebut. Bisa saja dia itu tidak sengaja, tidak bisa nyetir, atau sedang dalam keadaan buru-buru emergency.

Saya pernah dengar ada seorang tentara voorider bertindak kasar dan memaki-maki seorang pengendara dari belakang yang tidak mau minggir meskipun dia sudah menyalakan sirene dan klason berkali-kali. Begitu berhasil disusul, dia memecahkan kaca spion mobil penghalang itu. Tapi ternyata saat kaca jendela dibuka yang nyetir seorang ibu-ibu yang belum begitu mahir, yang pucat gemetar ketakutan. Langsung tentara jagoan itu terlihat seperti hewan idiot.

Ada cerita yang saya pernah tulis di blog ini. Waktu Afrika Selatan masih dikuasai jaman apertheid, orang hitam ditindas. Uskup Desmond Tutu yang berkulit hitam berpapasan di trotoar dengan seorang kulit putih yang arogan. Kata si kulit putih dengan nada menghina, “Aku tidak akan minggir untuk seekor gorilla…”. Maka Uskup Tutu pun minggir, dengan tersenyum menjawab, “Well, untuk seekor gorilla, aku bakal minggir …”

Sesuai dengan credo hidup ini gurauan, anda tidak perlu berkelahi di jalan untuk hal sepele. Takutnya anda nanti menjelma menjadi gorilla atau lebih parah lagi semacam hewan idiot tadi itu. Anda hanya boleh berkelahi untuk hal yang serius, untuk mengamankan hak orang banyak dari rampok dan tindakan kejahatan.

Di jalan? Enjoy your ride and your car, think how much you have wanted to drive it long time ago


  1. mc_sea13

    jangankan di serobot…pas di traffic light pas lampu dari merah ke hijau, belum 3 detik aja klakson udah bersautan…semua pingin mendahului….

  2. posting yang sangat inspiratif pak,
    saya masih kesal karena mobil yang saya kemudikan, dan kebetulan bukan milik saya, ditabrak tiba-tiba oleh seorang pengendara motor yang melamun.
    jangankan menegur, meminta ganti rugi, dan sebagainya. si pengendara pergi tanpa pamit begitu saja, tanpa sempat saling menyapa.

  3. Katanya sih, untuk menilai karakter seseorang. lihatlah tingkah lakunya di jalan raya

  4. @Edratna: Ini sering saya praktekkan … menilai karakter seseorang dari perilakunya di jalan raya. Sayangnya saya tidak bisa dinilai lagi sekarang 😀

  5. Saya sendiri sudah mencoba melatih kesabaran apabila ada yang menyerobot jalan saya.

    Ini bukanlah masalah karakter saja lho! Tapi ini juga melatih refleks kita untuk menghadapi kondisi mengendarai yang tidak normal!

    1. Kalo orang yang terbiasa marah, maka pada saat jalannya tiba-tiba diambil, maka refleksnya adalah klakson dan marah, bukan refleks meng-rem dan pindah jalur.

    Resiko tertabrak lebih tinggi.

    2. Kalo orang yang sabar, maka pada saat jalannya tiba-tiba diambil, maka refleksnya adalah safety first. Cepat mengerem, cepat pindah jalur.

    Resiko tertabrak. lebih rendah.




Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s



%d bloggers like this: