Worst Fear

Waktu ayahnya meninggal mendadak, Ina baru berusia sembilan tahun. Ayah meninggalkan seorang istri yang berusia 44 tahun, tanpa penghasilan dan tanggungan delapan anak yang masih butuh biaya besar. Dan ketakutan terbesar Ina adalah ibunya tidak kuat dan kabur meninggalkan mereka. “Tiap pagi, bangun tidur, saya selalu melihat dulu ke tempat tidur ibu, apa masih ada….”

Saya tahu, setiap keluarga punya pergumulan. Punya cerita perjuangan. Apa yang dialami keluarga Ina itu menurut saya berat sekali. Ukuran dulu maupun ukuran sekarang. Ayah, tumpuan hidup seluruh keluarga, meninggal dunia karena serangan jantung. Apa yang akan anda lakukan bila anda seorang ibu relatif muda, ditinggal suami dengan tanggungan banyak? Dan anda tidak punya pekerjaan. Tidak punya penghasilan.

Maka ibu pun melakukan apa yang harus ia lakukan. Mengurus anak-anaknya. satu persatu. Mulai yang terbesar yang masih kuliah, sampai yang terkecil yang masih TK. Empat kakak-kakak semua berhenti kuliah, dan langsung cari kerja. Ada yang mencari kerja di Jakarta, dan ada yang membuka usaha jahitan pakaian di rumah.

Tinggal empat adik yang bersekolah. Itupun diusahakan sekolah diploma, yang gampang cari kerja. Kecuali yang bungsu akhirnya diwisuda di ITB sebagai sarjana.

Tidak jarang Ina melihat ibu duduk menangis di pinggir tempat tidur pagi-pagi karena tidak punya uang untuk makan hari ini. Kunjungan bantuan beras dari program sosial gereja menjadi sangat menolong. Tapi tetap saja sangat berat.

Sehingga Ina ketakutan. Bagaimana kalau ibu kabur? We would have nobody..

Sekarang semua anak-anak sudah berkeluarga, dan sering berkumpul, bawa cucu-cucu. Ibu masih sehat, dan tinggal di rumah anak bungsu. Gantian sekarang. Semua mengurusi keperluan ibu. Tiap bulan semua mengirim uang kebutuhan hidup ibu.

Ibu tidak pernah kabur. Nangis-nangis mungkin. Ngomel-ngomel mungkin. Tapi tidak pernah kabur.

Di jalan saya memegang tangan Ina. Kita tidak akan pernah kabur. Garansi. Anak-anak boleh tidur nyenyak. Sampai kapanpun. Nangis mungkin. Ngomel mungkin. Tapi tidak akan kabur.

Setibanya di rumah, saya langsung berolahraga. Supaya jantung sehat. Di jalan saya berhati-hati agar terhindar dari kecelakaan. Supaya umur saya panjang. Umur di tangan Tuhan. Tapi Tuhan juga lihat-lihat, kan? Siapa yang serius pengen umur panjang, dan siapa yang ngomong doang…

Because, sweetheart, my worst fear is for you to raise the kids without having me by your side….





Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s



%d bloggers like this: