Popularitas dan Kepemimpinan
Kalau seorang pemimpin itu populer, itu baik. Tapi kalau seorang pemimpin mengambil keputusan berbasis popularitas, itu buruk.
Populer itu artinya disenangi banyak orang. Didukung banyak orang. Dipuja banyak orang.
Popularitas mendukung seorang pemimpin dalam menjalankan tugas. Musik yang populer banyak didengar orang. Pendapat pemimpin yang populer juga banyak dituruti orang.
Tapi keuntungan popularitas cuma sampai di situ. Selebihnya, popularitas itu bisa berbahaya. Karena popularitas itu sering soal selera.
Popularitas bisa memaksa seniman untuk menghasilkan karya yang sesuai selera. Sesuai musim. Pop. Demikian juga popularitas memaksa pemimpin justru untuk mengikuti selera kebayakan orang.
Mungkin tekanan popularitas tidak terlalu masalah bagi seniman. Enjoy aja. Paling gugur di medan popularitas, seperti mbah Surip. Atau dia berubah dari seniman menjadi selebritis atau komedian.
Tapi bagi pemimpin, ini masalah besar. Karena pemimpin harus memihak kebenaran. Pemimpin itu harus pemberani. Dan tidak selalu kebenaran itu sesuai selera popularitas.
Seperti kata Margareth Smith, berbahaya sekali kalau kita menjadi penakut dan tidak berani berbicara karena berhadapan dengan tekanan banyak orang. Orang yang takut menyuarakan kebenaran itu berakibat sama buruknya dengan orang yang menyuarakan kejahatan. Karakter kita diuji saat kita harus mengambil sikap melawan pendapat mayoritas orang. Saat kita bersikap bertentangan dengan mereka yang lebih berkuasa.
Jadi orang yang mencari popularitas sebaiknya tidak menjadi pemimpin. Mungkin jadi selebritis atau komedian lebih pas.
September 16, 2009 at 8:00 am
Kalo pemimpin yg suka tebar pesona?
September 19, 2009 at 6:50 am
kebijaksanaan juga diperlukan pemimpin apabila dia harus “melawan” popularitas.