Integritas
Anda kami coret dari daftar kandidat, karena integritas anda diragukan. Bagaimana anda bereaksi kalau mendadak anda menerima ucapan ini?
Rekan saya mengikuti sebuah proses pemilihan Rektor ITB yang sedang ramai sekarang. Panitia pemilihan mengundang para calon yang berminat untuk suatu jabatan. Maka rekan saya inipun mendaftar.
Cuma ya itu, di tengah jalan, namanya dicoret. Rupanya ada yang menulis surat negatif tentang rekan saya ini, dan berdasarkan surat itu panitia pemilihan menganggap rekan saya ini tidak layak. Namanya tercoret.
Mendengar peristiwa pencoretan ini saya langsung bereaksi cukup keras. Proses pencoretan itu penuh kecacatan. Banyak bolongnya. Pertama, bukan wewenang panitia memutuskan seseorang punya integritas atau tidak. Kedua, surat dari satu pihak saja jauh dari cukup. Ketiga, instrumen dan prosedur untuk urusan ini tidak ada. Dan seterusnya. Jadi justru proses tersebut tidak memiliki integritas.
Mungkin orang heran mengapa saya ambil pusing. Jujur, saya tidak ada urusan dengan proses ini, dengan panitia, maupun dengan niat rekan saya untuk melamar. Tapi mengklaim pelanggaran integritas dengan cara yang sebenarnya tidak memiliki integritas, membuat saya freak-out.
Tetapi yang membuat saya benar-benar heran adalah ternyata tidak banyak orang yang melihat bahwa hal tersebut salah. Teman-teman saya tenang-tenang saja semua. Seakan-akan tidak ada yang salah.
Saya lalu menyadari betapa sukarnya sebenarnya orang mengerti apa integritas itu. Apa artinya menegakkan integritas.
Integritas itu berarti utuh. Satu kata dengan perbuatan. We mean what we say, and we say what we mean. Kemudian, integritas berarti utuh, tidak ada yang bolong.
Apalagi saya mulai melihat niat dari elit ITB untuk menerapkan kriteria-kriteria yang tidak pada tempatnya. Misalnya rektor ITB harus orang dalam. Wah mengapa kita berani mengundang orang luar, kalau dari awal niat kita untuk menghalangi orang luar? Bukankah kita sedang melakukan kebohongan publik?
Juga saya mulai dengar bahwa rektor ITB itu harus bergelar profesor. Ini juga pelanggaran syarat tertulis. Kita tidak boleh diam-diam membuat syarat-syarat lain. Ini juga merupakan kebohongan publik.
Sebenarnya kalau mau debat, saya pikir penyusun peraturan pemilihan Rektor ITB sudah memikirkan matang-matang, bahwa ITB harus dipimpin oleh rektor yang bagus. Oleh sebab itu ITB perlu mencari sampai ke luar ITB.
Demikian juga soal profesor. Penyusun peraturan itu sudah mengerti bahwa seorang profesor itu tidak pernah dimaksudkan untuk memimpin ITB. Ia adalah pengampu suatu ilmu. Bahkan ada rasa sayang kalau seorang profesor harus jadi rektor, karena bidang ilmu yang diampunya jadi agak terbengkelai. Dan jabatan profesor itu sama sekali bukan jaminan untuk membuat seorang rektor istimewa.
Tapi OK lah, orang lain bisa berpendapat beda dengan saya atau para penyusun peraturan itu. Boleh-boleh saja orang punya pendapat beda.
Tapi ketentuan tertulis, yang kita umumkan kepada publik, haruslah kita junjung tinggi. Termasuk spiritnya. Tidak boleh ada perbedaan antara spirit kita, ucapan kita, tulisan kita, dan perbuatan kita. Tidak boleh kita melakukan kebohongan publik.
Kalau kita memaksa bahwa rektor ITB kali ini harus orang dalam dan harus profesor, kemudian membuatnya menjadi dasar pengambilan keputusan tentang hal ini, maka kita sudah melanggar integritas dengan serius.
Saya tahu, saya mengerti sering betapa sukarnya menemukan mana yang benar mana yang salah dalam hal-hal seperti ini. Saya pun tidak selalu bisa. Karena untuk menjaga integritas, kita harus sekaligus jujur dan cerdas, terutama pada diri sendiri. Meskipun sukar, kita tetap harus berjuang bersama, saling mengingatkan, untuk menjaga integritas di ITB.
Semoga rekan saya yang tercoret ini tidak kecewa. Anda kan menjawab undangan, yah terserah yang undang bukan? Harapan yang sama juga saya sampaikan pada rekan-rekan para calon yang nanti bakal dicoret karena bukan orang dalam dan bukan profesor. Semoga anda tidak kecewa dan tidak merasa tertipu undangan ini.
September 6, 2009 at 7:11 pm
penonton kecewa..
September 6, 2009 at 9:47 pm
Pak Armein ada minat untuk jadi rektor Pak? Biar makin bagus dulu kampus kita ini. Atau ada syarat akademis yang tidak terpenuhi Pak?
September 7, 2009 at 1:23 am
ini sih panitianya aja yang ga bener. hmm,,, satu lagi penonton kecewa
September 7, 2009 at 2:04 am
meeehhh
September 7, 2009 at 8:47 am
Saya nggak ngerti filosofi aturan pemilihan rektor itu mestinya seperti apa (belum nyampe ke situ). Tapi kalau lihat calonnya sampai puluhan begitu, juga ada dari satu fakultas serombongan mencalonkan diri … kok kayaknya gimana gitu … Yg kebayang nanti kampus penuh umbul2 para calon …
September 8, 2009 at 1:15 pm
FYI: Pak Adi & Team punya ide brilyan, bertanya langsung ke komunitas dosen ITB via polling.
http://polling.vproject.itb.ac.id/homePage.php
September 19, 2009 at 5:13 am
“Integritas itu berarti utuh. Satu kata dengan perbuatan. We mean what we say, and we say what we mean.”
Berarti yang ngga punya integritas, tim selektor nya dong? 😀