Lebih berharga dari uang

Uang itu berharga. Tetapi pada ranking dari semua yang berharga, uang termasuk yang paling bawah.

Suatu hari Akimoto Suzutomo meminta seorang pelayannya membeli perangkat minum teh yang istimewa milik seorang keluarga. Akimoto seorang bangsawan kaya, dan menyenangi ritual minum teh. Ia kenal pada penjualnya dan penjual itu telah bersedia memberi harga 100 keping emas.

Melihat perangkat minum teh itu, sang pelayan berpikiran lain. Ia berusaha keras menawar. Setelah saling tawar menawar cukup lama, akhirnya keluarga itu melepas perangkat teh itu dengan 95 keping emas.

Mengetahui apa yang terjadi, Akimoto Suzutomo marah besar. “Pelayan bodoh! Orang yang mau menjual perangkat minum teh seharga 100 keping emas itu mesti memandang perangkat ini sangat berharga, warisan pusaka keluarga. Ia hanya menjualnya karena betul-betul butuh uang. Engkau memperlakukannya sebagai barang dagangan. Mengapa engkau tidak menjaga perasaan keluarga itu?”

Dengan sangat kecewa Akimoto melanjutkan kemarahannya, “Perangkat teh dengan harga 100 keping emas itu pantas untuk aku miliki. Tapi dengan harga 95 keping, ini menjadi lambang kekikiran dan kekejaman kita. Aku tidak mau lihat barang ini lagi …!”

Perangkat teh ini disimpan dan dikunci rapat-rapat.

Ada yang lebih berharga dari 5 keping emas yang dihemat itu. Harga diri. Kebaikan. Kemurahan. Reputasi. Budaya saling menghormati.

Akimoto pasti punya banyak perangkat minum teh. Tapi ia tahu keluarga penjual itu kepepet butuh uang, sehingga mereka mau menjual warisan berharga milik pusaka keluarganya. Jalan keluar untuk membantu keluarga itu adalah dengan membeli mahal milik pusaka itu dan tetap menjaga harga diri keluarga itu. Semua dilakukan dengan halus dan berbudaya. Kekikiran pelayan merusak semua budaya itu.

Saya tahu uang itu berharga. Tapi jangan sampai ia merusak sesuatu yang lebih berharga: kebaikan, kemurahan, hubungan baik, dan penghargaan pada orang lain.


  1. lah, kok marah lalu perangkatnya disimpan di lemari. kan tinggal nyusulin 5 keping emas disertai permintaan maaf…

  2. Terimakasih telah berbagi …
    Berharga untuk coba diperjuangkan…di zaman dengan acuan hidup seperti sekaranag ini

  1. 1 Amsal 22:1 « Mikha Valerint

    […] Amsal 22:1 Posted Agustus 1, 2009 Filed under: Firman Tuhan, renungan | Saya terdorong untuk membagikan ayat ini karena renungan ini dan terutama postingan ini. […]




Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s



%d bloggers like this: