Buta Warna
Kita sebenarnya sering buta warna. Gagal melihat keindahan warna-warni kehidupan. Untungnya buta warna yang ini bisa disembuhkan.
Salah satu syarat masuk ITB adalah tidak buta warna. Untuk itu anak-anak di test. Ia harus melihat bentuk-bentuk atau angka yang disembunyikan melalui perbedaan warna.
Kita merasa beruntung tidak buta warna. Bisa melihat berbagai warna.
Tapi dalam menghadapi kehidupan ini, kita sering bertindak buta warna. Semua dilihat hitam putih. Benar salah. Untung rugi. Baik buruk. Kaku.
Akibatnya kita tidak lagi bisa menikmati kehidupan ini apa adanya.
Mengapa bisa begitu?
Karena kita kurang terang melihat dunia ini.
Coba anda perhatikan. Saat lampu meredup, cahaya meredup, maka warna kehilangan intensitas. Kita semakin gagal melihat warna. Semakin redup, semakin hitam putih. Yang terlihat hanya hitam putih.
Jadi meskipun kita merasa tidak buta warna, maka kondisi ruang atau alam yang gelap membuat kita gagal melihat warna.
Demikian juga dalam hidup ini. Tanpa benderangnya penglihatan, kehidupan terlihat hitam putih. Tidak indah. Yang ada hanyalah untung rugi, baik buruk, suka duka, hitam putih.
Untungnya ini bisa disembuhkan. Dengan cahaya kehidupan.
Kita perlu mengasah benderangnya mata kita. Hati kita perlu diterangi. Jiwa kita perlu disinari. Jalan kita perlu disinari benderang Ilahi, mentari kehidupan. Agar kita mampu melihat warna-warni keindahan hidup kita.
July 28, 2009 at 4:00 am
Saya pikir untuk calon insinyur di STEI, test buta warna tidak lagi penting. Apakah bisa test buta warna ini dihapuskan?