Pelit
Berdayakan dan kembangkan anak buah, tapi jangan terlalu banyak, nanti engkau tersaingi. Demikian nasehat Machievelli kepada calon raja. Aneh juga ya?
Justru kalau orang lain semakin mampu, kita bisa rileks, bukan?
Saya kira kita tidak boleh pelit dalam mengembangkan orang lain, apalagi generasi berikutnya. Karena merekalah yang akan membuat hidup kita ini lebih asik, lebih maju, lebih menarik. Kalau kita tidak mengembangkan mereka melebihi kita, maka kita adalah titik maksimalnya. Wah, berarti kemajuan peradaban berhenti di kita dong. Nanti mereka seperti itu pada anak-anak mereka, dan semakin lama umat manusia semakin bodoh.
Machievelli sekilas terasa benar. Karena ia appeal pada rasa takut kita. Rasa takut disaingi. Rasa takut kita akn tersisih.
Padahal ketakutan itu cuma momok. Bayang-bayang.
Memang ada resiko guru silat kalah oleh muridnya. Muridnya suatu saat punya ilmu lebih tinggi. Tapi resiko itu worth taking. Karena hidup itu bukan pertarungan silat. Bukan tentang ketakutan. Hidup itu tentang excitement.
Jadi kita jangan pelit membuat orang berkembang, dan kalau bisa ia kemudian lebih hebat dari kita.
July 14, 2009 at 5:05 pm
iya pak, justru harusnya bangga kalo orang yang kita ajarkan jadi lebih jago daripada kita. berarti kita ngajarnya jago. hahaha..
July 14, 2009 at 5:51 pm
Jadi inget cerita silat atau kungfu. Sang Maha Guru pasti tidak menurunkan semua ilmu yang dia miliki. Selalu ada saat dimana murid berbuat ‘murtad’ Sang Guru bisa mengeluarkan jurus pamungkas yang tidak diturunkan ke muridnya, untuk mengalahkan muridnya itu.
Tapi… itu kan cerita silat. Hehehe.
July 14, 2009 at 7:11 pm
Didunia “kekuasaan” apa yg dikata Machievelli itu tepat agar tidak terjadi coupt de tat, namun didunia pendidikan hal ini tidak berlaku. Kalo murid bego maka yg ngajar dianggap bego pula, jd setuju dgn koment inez diatas