The Next ITB
ITB selalu menjadi pelopor perubahan. Ini menuntut kemampuan untuk mereinvent diri. Untuk itu ada empat isu dasar yang harus segera diperjuangkan.
1. Penegasan apa jati diri ITB dan siapa stakeholders ITB yang sebenarnya? Kita sebenarnya melayani siapa. Owner kita siapa, customers kita siapa? Nilai-nilai luhur kita apa? Apakah kita elite, atau massal? Apakah kita research university atau innovation university? Saya pikir research university itu terlalu mahal. Kita harus ke innovation university.
2. Apa terobosan inovasi strategis yang ITB bisa berikan bagi usaha bangsa kita menjadi bangsa terhormat di abad 21 ini? Perlu mobilisasi aset intelektual ITB hari ini agar alumni kita (melalui entrepreneurship) bisa memecahkan persoalan kebutuhan masyarakat di tahun 2025.
3. Bagaimana meluncurkan layanan akademis yang berkualitas tinggi (world class)? Issu ini termasuk program pendidikan dan penelitian bagi mahasiswa dan dunia industri. Ini bicara akreditasi, serta SoP yang baru.
4. Bagaimana menumbuhkan komunitas ITB (dosen, mahasiswa, dan mitra komunitas ilmu dunia) yang menjadi model knowledge & learning society dengan reputasi dunia? Kita perlu mengadopsi konsep manajemen terbaru berbasis komunitas. Kita memerlukan the new management untuk abad 21.
ITB jangan terjebak pada masalah-masalah seperti gaji dan lain-lain, karena hal ini sebenarnya hanyalah bagian kecil dari isu yang lebih besar. Hanya pada saat kita memberikan value yang tinggi kepada stakeholder kita, kita bisa berharap persoalan gaji layak bisa selesai secara sustainable.
Peran dosen-dosen dalam the Next ITB jelas sangat tinggi. Tapi saya ingin mengemphasis perluasan peran mahasiswa (dan alumni, kalau nanti dia lulus). Keberhasilan AKABRI/Akademi Militer atau Westpoint itu bukan pada kemampuan dosennya berperang, tapi pada kemampuan dan kinerja perwira lulusannya di medan perang.
Arsitektur dasar innovation university kita nanti haruslah bertumpu pada lifecycle mahasiswa ITB sebagai calon perwira di medan juang kita: (1) penyiapan kemampuan belajar mahasiswa melalui Program Studi, (2) pendalaman ilmu mahasiswa tesis dan disertasi melalui Program Riset, dan kemudian (3) mobilisasi mahasiswa yang sudah jadi alumni melalui Program Pengabdian Masyarakat (baca entrepreneur, startups, social entrepreneurships, atau profesional di industri).
Dalam skala kecil, ITB sudah mencoba konsep ini sendiri bertahun-tahun. It does work, meskipun memerlukan banyak perbaikan, serta diinstitusikan, untuk menjadi The Next ITB.
April 23, 2009 at 3:00 pm
Saya baru mencek di world ranking versi UK The Times, ITB (alias Bandung Institute of Technology) masuk ke ranking 315 di dunia.