Fine Lines
Saya sering menanda tangani kontrak di atas meterai. Saya harus hati-hati, jangan tanda-tangan sebelum membaca detailnya. Detail nya sering ditulis dengan huruf-huruf halus, fine lines. Karena tanpa mengetahui detailnya kita bisa rugi besar.
Jaman dulu seorang imigran dari Eropa ingin sekali mengadu nasib ke Amerika. Tapi ia tidak punya uang. Jadi ia menabung dan menabung. Sampai suatu hari uangnya cukup untuk membeli tiket kapal laut. Iapun membeli tiket. Serta membeli beberapa kaleng biskuit sebagai bekal di jalan. Selama berminggu-minggu ia berlayar mengejar impiannya. Saat waktu makan, ia hanya bisa menengok ke jendela restoran melihat banyak orang makan enak di sana. Ia hanya makan biskuitnya. Sengsara. Tapi ia tahan demi impiannya. Akhirnya kapal berlabuh di New York. Saat ia turun, seorang kelasi penjaga restoran di kapal menayapanya.
“Maaf, saya perhatikan sepanjang jalan bapak hanya makan biskuit. Apakah menu dan masakan restoran kami tidak cocok dengan selera bapak?”
“Oh tidak, makanannya enak-enak,” jawab sang bapak, “Cuma saya tidak punya uang lagi. Jadi saya tidak mampu membayarnya.”
Kelasi ini terkejut, “Pak, makanan di restoran itu gratis. Sudah termasuk dalam harga tiket. Bapak bisa baca perjanjiannya di belakang tiket itu…”
Bukankah kita juga begitu?
Saat Tuhan menciptakan kita, Ia memberikan kita free will, kehendak bebas. Dan Ia bersedia mengikat perjanjian dengan kita. Bahwa kalau kita hidup dalam iman, hidup dalam petunjukNya, maka Ia berjanji akan membuat hidup kita indah. Akan mencukupkan semua kebutuhan kita.
Ia akan memberikan sahabat, orang-orang yang mencintai kita. Ia akan memberikan pekerjaan dan rejeki. Ia akan memberikan perlindungan dari penyakit. Ia akan membuat hidup kita melimpah.
Tapi kita tidak membaca perjanjian itu. Kita tidak mengetahui apa isinya. Kita tidak tahu detailnya. Fine lines nya.
Kita memilih hidup dalam kesusahan. Kita menyiksa diri dengan berbagai aturan dan halangan. Kita melihat orang lain menikmati berbagai anugerah. Kita hanya melihat dari jendela.
Saat hal-hal yang indah datang dalam hidup kita, kita menolaknya. Karena kita salah mengerti. Kita tidak membaca dengan jelas apa yang disediakan bagi kita. Jadi kita hidup hanya dengan biskuit. Padahal restoran tersedia untuk kita, bagian dari perjanjian kita denganNya.
Apakah kita orang taat beribadah? Itu amat baik. Tapi sangat penting kita tahu juga detail dari janjiNya pada kita. Kita harus punya pengetahuan yang dalam tentangNya.
We read the finelines.
April 19, 2009 at 10:49 am
Duhh kasihan si bapak tadi.
Tapi jangan menyepelekan hal ini…saya pernah baca blog yang dibuat alumni ITB, yang meneruskan kuliah S2 di Singapura dan sekarang dia ada di Jepang. Beasiswanya termasuk dikirimi tiket…sepanjang perjalanan dia tak mau makan di pesawat (ini memang mengacaukan gara2 ada tiket murah macam Lion Air, Air Asia dll yang kalau pesan makan bayar)…padahal tiketnya Singapore Airlines….kemudian setelah tahu, saat pulang ke Indonesia dia balas dendam dengan berkali-kali minta tambah…sungguh mengharukan..karena itu adalah pertama kalinya dia naik pesawat dan langsung ke LN.
April 19, 2009 at 7:48 pm
@edratna
Padahal sebenarnya tinggal nanya, mungkin gengsi-nya kegedean …
April 19, 2009 at 9:45 pm
Malu bertanya “makanan” melayang :p
April 21, 2009 at 12:32 pm
renungan yang mantabs.
kalau ditarik kesimpulan dari cerita di atas: baca dan pahamilah kitab suci.
April 25, 2009 at 1:00 pm
menarik pak, kalau di jerman fine lines (tulisan kecil-kecil di kontrak) itu bisa sangat-sangat berbahaya dan merugikan, bukan menguntungkan kalau tidak digunakan, tapi merugikan karena kita bisa keluar duit lebih karena tidak memahami persyaratan, misal kalau telat bayar maka dendanya segini, kalau anda tidak memperpanjang kontrak dalam jangka waktu tertentu maka kontrak akan diperpanjang secara otomatis selama jangka waktu yang lebih panjang (which is nambah bayar duit). Mana lagi kalau tidak bisa berbahasa jerman, ditambah pula bahasa jerman dalam kontrak kadang tidak mudah dimengerti oleh pemula seperti saya.
Intinya sih sebenarnya sama ya Pak, mesti baca tulisan yang kecil2 itu kalau mau tandatangan kontrak. Peribahasa Jerman (yang sudah dibahasainggriskan) “the devil is on the detail”.