Trigger The World

Mungkin anda pernah seperti saya, malas dan lumpuh.  Menghadapi banyak tumpukan pekerjaan, kita malah jadi tidak produktif, main game, baca Internet. Menurut saya jalan keluar adalah dengan melakukan pemicuan, trigger.  We trigger the world.

Mengapa orang lumpuh dan tidak bertindak?  Karena dia takut gagal.  Dia takut kecewa.  Takut ditolak. Jadi ada perasaan yang menghambat tindakan.

Bagaimana cara mengatasinya?

Saya mengusulkan melepaskan aspek perasaan pada tindakan.  Maksudnya bagaimana?  Saya mengusulkan kita memisah diri kita dalam tiga bagian: Hati, Pikiran, dan Tindakan (lihat gambar di bawah).

Semua hasrat hati kita letakkan di atas.  Kita lamunkan.  Kita bayangkan.  Nah ini adalah domain perasaan.  Apa yang kita senang kita simpan di situ.  Begitu kita ingin mewujudkan hasrat kita, kita tetapkan Tujuan.  Sedapat mungkin tertulis, beserta kriteria keberhasilannya.  Kriteria sukses.

ztdplusBaru kemudian kita ambil tujuan itu dan kita renungkan melalui akal kita.  Kita gunakan kecerdasan kita, pengalaman kita, meetings, rapat-rapat, obrolan, untuk mendapatkan ide mewujudkannya.  Ide itu adalah hal-hal yang harus terjadi di dunia ini untuk kita pandang sebagai indikator keberhasilan mencapai tujuan.

Ide itu harus realistis.  Artinya ada organisasi, komunitas, The World, yang bisa memberikan hal tersebut.

Kemudian kita membuat Action Items, To Do List, yang berisikan trigger untuk memicu The World melakukan hal yang kita maksudkan. Dengan trigger itu, terjadilah event.

Sekarang kita menunggu reaksi dari The World.  Kita menunggu feedback. Kita menunggu apa yang diberikan The World dari event itu.  Nah feedback ini kita jadikan stimulus belajar.  Membuat otak kita lebih cerdas.

Kalau tujuan belum tercapai, kita ubah lagi pendekatan kita.  Kita trigger lagi.  Dan kita tangkap lagi reaksi the World. Begitu seterusnya.  Semakin lama kita semakin pintar. Sehingga The World “nyerah”, dan memberikan apa yang kita mau.

Maka feedback terakhir ini mengindikasikan bahwa kita sudah mencapai tujuan.  Maka kita lapor pada Hati kita bahwa it is time to celebrate.  Kita sukses!

Nah, apa kelebihan sistem yang saya usulkan ini?  Kita melepaskan stimulus dari The World untuk tidak langsung menyentuh ke perasaan kita, melainkan ke otak kita.  Kita jadikan stimulus untuk kita tambah pintar.  Bukan tambah sedih. Nanti kalau tujuan sudah tercapai baru kita lapor ke hati kita, perasaan kita.

Dengan demikian action kita pada dasarnya adalah eksperimen pada The World.  belajar mentriger The World supaya memberi kita ilmu dan pelajaran baru sehingga kita semakin bisa mencapai tujuan.

Ini lebih stress free, ya.  Selamat mencoba.


  1. Makasih Pak. Lagi malas ne.. 😉




Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s



%d bloggers like this: