Why vs Why Not
Apa beda saintis dengan enjinir? Menurut saya saintis selalu ingin penjelasan mengapa sesuatu bisa terjadi. Sedangkan enjinir ingin sesuatu bisa terjadi. Saintis bertanya why, sedangkan enjinir bertanya why not.
Dengan saintis kita bisa mengenali alam ini dengan lebih baik. Kita jadi tahu prinsip kerja alam ini. Kita jadi tahu mengapa sesuatu terjadi seperti itu.
Karena di dalam hati, saintis meiliki keingintahuan, curiosity. Ia tidak bisa tidur kalau belum ada penjelasan tentang suatu fenomena alam. Ia gelisah kalau belum bertemu jawaban. Maka ia mencari dan meneliti. Ia mengkhayal semua kemungkinan jawaban. Ia berhipotesis. Ia melakukan eksperimen untuk menguji ide imajinasinya itu.
Dan ia puas saat ia bisa menuliskan penjelasannya itu dalam bentuk teori yang kokoh dan proven.
Enjinir punya antusiasme yang sama. Tapi khayalan dia bukanlah tentang mengapa sesuatu terjadi. Ia justru membayangkan sebuah dunia yang baru. Suatu lingkungan kehidupan yang baru. Suatu cara kerja yang baru. Suatu gaya hidup yang baru.
Untuk itu dia menggunakan prinsip dan teori dari saintis itu untuk menciptakan hal yang baru. Untuk membangun realitas baru. Untuk membentuk kehidupan yang baru. Dan hatinya didorong oleh pertanyaan apa alasan ia tidak boleh membangunnya. Apakah nanti berbahaya atau merugikan orang? Bila jawaban itu tidak ada, maka iapun membuatnya.
Saat saintis menyadari akan sebuah fenomena, ia bertanya: why? Saat enjinir membayangkan suatu rancang bangun yang baru, ia bertanya: why not?
Pada akhirnya kita tidak perlu memilih, karena kita perlu melakukan keduanya. Kita perlu belajar untujk mengetahui prinsip-prinsip kerja alam. Alasan di balik semua fenomena. Tapi itu tidak cukup. Kita harus berpikir bagaimana memanfaatkan prinsip-prinsip itu untuk membangun dunia baru. Kemudian kita bertanya: mengapa tidak?
Saya menemukan bahwa hidup lebih bermakna dan make sense saat saya mengerti why. Tapi hidup ini jauh lebih asik dan penuh surprises yang menyenangkan saat saya juga bersikap why not…
-
1
Pingback on May 21st, 2009 at 7:47 am
[…] jadi ingat tulisan Pak Armein yang berjudul Why vs. Why Not yang intinya menggaris-bawahi perbedaan saintis dengan enjinir. Menurut Pak Armein saintis selalu […]
February 27, 2009 at 3:34 pm
tulisannya mencerahkan, pak. di itb saya belajar jadi enjinir. sekarang lagi belajar jd scientist. dua2nya menyenangkan 🙂