Success Needs No Alibi
Saya sering heran, mengapa orang selalu menghabiskan effort banyak untuk menjelaskan mengapa sesuatu tidak jalan, sesuatu tidak berhasil. Padahal usaha itu lebih baik dihabiskan untuk membuatnya berhasil. Karena keberhasilan tidak butuh alasan.
Beberapa lalu saya datang ke kantor atasan saya. Mengeluh, minta bantuan supaya dana penelitian, khususnya honor-honor para peneliti yang macet segera dicairkan. Bukan untuk saya. Tapi untuk para peneliti yang sudah berjerihpayah sepanjang tahun 2008.
Tapi yang saya dapatkan adalah penjelasan panjang lebar tentang kesusahan mereka. Tentang banyaknya proses yang harus dilakukan. Tentang belum terhubungnya sistem IT di berbagai unit kerja.
Praktis kami menghabiskan waktu lama untuk mencoba mengerti mengapa macet, dan why it was not their fault.
Saya pulang geleng-geleng kepala. Saya cari teman saya, dan kami menghitung jumlahnya. Kemudian kami cari dana talangan. Dan hari itu juga kami membayar honor sekelompok orang yang sudah paling terdesak, dengan dana pinjaman.
Mengapa kita membuat effort besar untuk memperlihatkan kita tidak salah. Yang salah orang lain. Seperti di pengadilan gitu lho. Kita membuat berbagai alasan, alibi, bahwa bukan kita pelakunya.
Padahal persoalannya sering bukan siapa yang salah. Persoalannya adalah bagaimana membuat supaya berhasil.
Ini tidak cuma dalam hal-hal seperti ini. Dalam kehidupan sehari-hari juga banyak terjadi. Kita menghabiskan waktu berjam-jam menjelaskan mengapa kita menerah. Mengapa kita tidak berhasil. Mengapa kita pundung.
Waktu-waktu pertemuan sering dihabiskan untuk mencari siapa yang salah. Untuk mencela orang lain. Untuk mengatakan bahwa kita punya alasan yang bagus sekali untuk menyerah. Dan untuk itu kita mencari alasan yang canggih-canggih. Mencari detail dari kesalahan. Memberikan berbagai analisa.
Wah saya pikir, kalau effort sebesar itu kita arahkan pada penyelesaian masalah, mungkin masalah sudah lama selesai. Beres.
Jadi, dari pada berusaha keras membuktikan bahwa masalah ini bukan salah saya, mendingan saya berusaha membereskan supaya tidak ada masalah. Berusaha supaya masalah diatasi. Sebab kalau berhasil, kita tidak perlu alasan macam-macam. Success needs no alibi.
February 23, 2009 at 10:49 am
Turut berduka cita atas tertundanya gaji para researcher pak Armein. Semoga Pak Armein dan team kuat menghadapi semua ini.
Saya juga pernah merasakan duit gak turun2 10 bulan dari ITB pak sampai saya kabur ke Korea. Dan denger2, setelah 15 bulan pun dana itu gak turun2 juga. Ya memang begitulah ITB, selalu cari2 alasan…
*ex korban ITB*
February 23, 2009 at 11:36 am
Saya suka sekali dengan tulisan singkat ini, Pak Armein.
Kalau saya introspeksi diri, saya pun sering bertindak demikian, membuat alibi.
Sampai tahun lalu, seorang sahabat ‘menampar’ saya dengan sangat keras.
Kadang-kadang memang butuh ‘tamparan’ untuk membuat diri kita jadi lebih baik.
Thanks for sharing Pa Armein!
All the best on your endeavour!
Golden E. T. – EL ’97
February 23, 2009 at 3:17 pm
🙂 tapi bapak jangan sampai jadi sakit lagi harus menanggung penyelesaian sebesar itu 🙂
February 23, 2009 at 7:22 pm
Makasih sekali pak tulisannya. Sangat mencerahkan saya.
Rusydi Umar
http://virtualgrid.blogspot.com/
http://americanscholarships.blogspot.com/
February 24, 2009 at 9:25 am
Kata dosen saya, ya jelas aja auditable dan accountable lha wong duitnya nggak kemana-mana … hehehe 🙂
Kalau mau accountable ya harusnya ke arah substabsinya.