Please love me…

OK, ini judul provokatif, that will certainly get your attention.  Tapi itulah jeritan yang kita temui di sekitar kita setiap hari.  Dan itu dibungkus dengan berbagai kamuflase, sehingga kita gagal melihatnya.

Ada pikiran yang sangat mengganggu saya semalam.

Kita di ITB itu sering ribut berdebat dan bertengkar.  Ada kolega kita dipercaya menjadi pimpinan.  Ia kemudian mengambil keputusan-keputusan.  Terkadang keputusannya kontroversial, sehingga menimbulkan perdebatan. Tidak jarang perdebatan menjadi emosional. Dan kita yang merasa dikalahkan kemudian mencap rekan kita itu buruk, jelek, dan paling parah, menuduhnya sebagai perusak.

Minggu lalu saya melihat seorang kolega saya tegang sekali.  Ia harus berhadapan dengan banyak suara komunitas yang menentang suatu keputusan ITB tentang Honoris Causa SBY yang kontroversial. Seperti biasa semua punya pendapat yang keras dan emosional. Dan saya lihat rekan saya ini sangat tegang, jengkel, menahan marah, dan cemberut, tidak seperti biasanya. Ia sendirian harus berhadapan dengan begitu banyak suara yang mencela.  Dan saya tidak mengatakan apa-apa untuk membesarkan hatinya, karena memang pendapat saya itu berseberangan.

Kemarin saya terkejut mendengar rekan saya itu jatuh sakit dan dibawa ke rumah sakit untuk diopname.

Semalaman hati saya sangat terganggu. Menyesal tidak membesarkan hatinya, dan membiarkan ia menghadapi kami seperti ini. Harusnya saya tahu. Mukanya yang penuh kejengkelan, cemberut, marah yang tidak seperti biasa itu sudah merupakan tanda, jeritan, untuk diperhatikan, untuk diperlakukan dengan sayang.

Kita harus sadar bahwa otak kita diwired, didesain, untuk cenderung bersikap konfrontatif pada semua yang marah pada kita. Kalau ada orang yang marah dan seakan menyalahkan kita, kita langsung berbalik marah.

Padahal, yang sebenarnya terjadi, di setiap ungkapan kemarahan itu ada jeritan, please understand me, please understand my difficultiesplease love me…!

Banyak hal di dunia ini yang sepertinya penting, tapi sebenarnya tidak.  Seperti soal Honoris Causa SBY itu. Mungkin asik untuk dihebohkan, tapi definitely tidak pantas untuk membuat kolega kami merasa dimusuhi sampai harus sakit masuk rumah sakit. Karena the truth is kami semua menyayangi kolega kami ini.

(Bapak, terimakasih sudah mengurus kami semua. Semoga Bapak lekas sembuh…)


  1. sudah nengok kolega bapa tsb pa?

  2. saya doakan juga semoga beliau segera membaik ya pa.. bapa juga, jaga kesehatan.

    trims untuk postingnya, kebetulan sedang sangat memerlukan sharing hal yang seperti ini.

  3. Kolega2 yg marah tsb jngn2 jg mengeksperikan ‘please love us’…

    Semoga semua dikaruniai kedamaian di hati. Amin.




Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s



%d bloggers like this: