Cash and Carry

Rekan saya pernah bilang, “Paling enak jadi pembicara di seminar.  Cash and carry.” Maksudnya, tinggal datang, presentasi, terus mendapat honor, dan boleh pulang.  Tidak ada tanggung jawab apa-apa. Hmm, banyak sekali masalah kita hari ini muncul karena budaya cash and carry ini.

Saya sering menemukan orang membuat produk dan proyek hanya one-shot. Ia membuatnya, tapi kemudian tidak mensupportnya dengan versi yang lebih baru. Ia bosan, kemudian meninggalkan customernya yang terlanjur membayar produknya. Ini contoh budaya cash and carry.

Orang sepertinya takut akan komitmen. Orang tidak mau terikat.  Jadi ia ingin bebas.  Ingin tidak harus bertanggung jawab dengan sesuatu. Ia takut ditagih.

Akibatnya kita memperlakukan segala sesuatu cash and carry.  Kita berusaha mendapatkan keuntungan secepatnya, tapi tidak mau dibebani urusan macam-macam.

Padahal, hal yang paling baik, paling bagus, paling indah di dunia ini didasarkan pada komitmen jangka panjang, bahkan komitmen seumur hidup.

Saya akan kecewa bila hubungan saya dengan tempat kerja saya di ITB itu ternyata cash and carry. Relasi saya dengan kolega dosen dan para mahasiswa itu dibangun bukan dengan cash and carry. Persaudaraan saya dengan banyak sahabat itu bukan cash and carry. Hidup saya akan hancur kalau saya tahu hubungan Ina dan saya itu cash and carry. Komitmen saya pada anak-anak saya itu seumur hidup.

Dan sungguh celakalah kita kalau hubungan kita dengan Tuhan itu cash and carry. Saya bayar kewajiban saya, dan Tuhan seperti penjaga pintu masukkan saya ke sorga. Kayak bioskop aja.

Kita tidak akan pernah happy, puas dengan pekerjaan one shot, cash and carry. Itu datang seperti angin, dan pergi seperti angin pula. Kepuasan itu datang dari komitmen jangka panjang. Saat kita memutuskan untuk menekuni, dan menikmati detik-demi-detik komitmen itu.

Dan coba kita lihat.  Semua layanan yang mengecewakan itu selalu datang dari orang yang memperlakukan pekerjaannya sebagai cash and carry. Semua masalah yang kita hadapi diakibatkan kita diperlakukan seperti obyek cash and carry.

Mari kita mencoba menanggalkan budaya cash and carry.  Kita meletakkan komitmen jangka panjang pada semua relasi kita, pada semua pekerjaan kita, pada produk kita. Dengan adanya komitmen ini, kita bisa kemudian memberikan hati kita, cinta kita, pada semua itu.

Saya percaya hidup dan karya kita tidak akan kosong.  Hidup dan pekerjaan kita akan bermakna saat ia diboboti komitmen jangka panjang.


  1. Ada istilah lain untuk “cash and carry” ini Pak, yaitu “hit and run” … hehehe 🙂

  2. wa setuju sama om Oemar, saya tahunya “hit and run” 🙂

  3. Hit n Run bukannya sepakbola inggris y? *loh?*

  4. Saya kebetulan sedang mulai berwirausaha di bidang IT. Ada 1 client dan calon client awal (emang ya baru 2 itu), dan keduanya punya masalah yang sama PERSIS yang diutarakan p. Armein. Kedua software dari kedua client tidak berfungsi dengan benar dan mereka tidak tahu harus bagaimana dan kemana. Saya sedih. Kalau macam begini, bagaimana mungkin orang percaya produk IT dalam negeri?

  5. IG

    Wah, ini tamparan keras untuk saya pak..

    Tapi jujur, untuk meng-update suatu sistem yang udah stabil dan berjalan dengan bagus, deg2an juga pak.. Keringat dingin keluar semua kalo udah kayak gini, trus sampe pagi susah tidur, takut ga jalan, hehehe..

    -ignatius gayuh




Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s



%d bloggers like this: