Service Oriented
Tidak di sangkal lagi, era ekonomi hari ini adalah era ekonomi service. Ekonomi layanan. Dan ini ada ilmunya. Salah satu topik hot IT saat ini adalah service oriented architecture (SOA). Sebenarnya sukar untuk sukses dalam hal ini, kecuali kita memiliki service oriented life.
Kemajuan ekonomi digerakkan melalui pertukaran dua hal: produk dan service. Orang yang ingin maju secara ekonomi harus menghasilkan produk atau layanan. Kalau produk atau layanan ini laku, maka berhasillah ia.
Bagaimana menghasilkan layanan yang bagus? Ini jarang dipikirkan orang. Orang menyangka dengan melayani sekedarnya, sudah cukup. Jadi pelayanannya asal-asalan. Tidak well thought. Ini keliru. Akibatnya yang dilayani tidak merasa ini istimewa.
Mungkin kesalahan ini datang dari kesalahan persepsi tentang istilah pelayanan. Kata pelayan sendiri memiliki konotasi rendah. Servant. Pelayan. Pesuruh. Hamba. Budaya kita tidak menghargainya secara tinggi. Kita ingin menjadi boss, tuan. Bukan hamba.
Jadi saat kita harus melayani, kita mengalami hambatan mental. Halangan psikologis. Kita tidak excited. Tidak bergairah. Yang kita rasakan bahwa layanan itu sesuatu yang tidak menyenangkan tapi harus dilakukan. Tidak membanggakan. Dan ini tercermin dari effort yang kita berikan. Kecerdasan yang kita percikkan. Hati yang kita persembakan. Layanan kita kurang berusaha, kurang dipikirkan, dan kurang antusias.
Ada lagi suatu hal yang mengganggu. Seorang pelayan sering berharap mendapat upah. Kalau ia tidak terima upah dari yang dilayani, maka kualitas layanannya merosot.
Ini sebenarnya bertentangan dengan prinsip layanan. Mutu sebuah layanan harus terjaga tinggi tanpa ditentukan upah atau tip dari yang dilayani. Pramugari harus terus ramah meskipun penumpang tidak memberinya tip. Perawat harus tetap melayani pasien, meskipun sang pasien tidak memberinya uang. Pemadam kebakaran harus terus menyemprot rumah penduduk yang terbakar, meskipun yang punya rumah tidak bisa membayarnya.
Bagaimana bisa? Nah justru di situ prinsip mendesain layanan dalam era ekonomi sekarang ini. Perancang dari layanan ini bisa memberi upah pada pelayan melalui cara yang lain. Misalnya lewat gaji bulanan yang tidak diterima langsung dari pelanggan. Semua ini adalah spirit dari ilmu baru tentang layanan, termasuk SOA itu. Para jenius bermunculan mendesain SOA, yang sanggup membangun ekonomi dan sistem reward tidak langsung di atas layanan kualitas tinggi yang murah, bahkan gratis.
Dalam konsep yang ekstrim, seorang pelayan menjadi hamba bila ia menganggap customernya itu tuan. Seorang hamba tidak mengharapkan upah. Ia senang melayani tuannya dan memberikan yang terbaik. kualitas kerjanya menjadi tinggi karena ia tidak terpengaruh besar kecilnya reward. Sebaliknya sang tuan berusaha keras untuk memenuhi kebutuhan hidup hamba nya itu. Effort kedua nya ini membuat hubungan ini menjadi sustained.
Pada akhirnya kita semua dipanggil untuk menjadi hambaNya, untuk melayani kehidupan ini. Kita senang melayaniNya, dan bekerja memperbaiki kehidupan. Memperbaiki relasi dengan banyak orang. Membangun agar dunia menjadi lebih baik bagi generasi berikutnya.
Kita seharusnya melakukan ini dengan tidak mengharapkan upah. Tapi jangan kuatir. Tuhan sendiri adalah desainer SOA kehidupan yang teragung. Ia punya begitu banyak cara untuk mereward hamba-hambaNya.
Dengan masuknya dunia ke era service economy, orang beriman yang seharusnya paling sukses, ya.
-
1
Pingback on Oct 20th, 2009 at 11:06 am
[…] web services dan SOA (service oriented architecture). Kenapa berkembang ? Uraian pengantar di sini yang ditulis Pak Armein bisa memberikan […]
April 22, 2009 at 7:43 am
pak boleh minta artikel tentang SOA (Service Oriented Architecture)?
April 22, 2009 at 10:12 am
@Derlan: maaf saya tidak punya paper spesifik ttg itu, tapi bisa mulai dengan paper menarik di http://pptik.itb.ac.id/files/ssmed.pdf yang berisi tinjauan ttg service. Di situ banyak referensi, termasuk SoA. Semoga berguna
April 22, 2009 at 4:24 pm
@Derlan:
Bisa juga mengunjungi ini:
http://www.whatissoa.com/