Oleh-Oleh Sumba Timur (4)
Apa yang diperlukan untuk belajar mengajar? Minimal guru dan murid. Dan mungkin papan tulis dan lemari untuk peralatan. Itulah yang ada di sebuah desa di Sumba Timur. Pantang menyerah.
Guru dan murid. Itulah modal utama. Tidak peduli bagaimana situasinya, kalau dua ini sudah sepakat belajar bersama, terjadilah proses belajar. Anak-anak ini diantar ibu mereka ke sekolah ini. Ada yang harus berjalan cukup jauh. Juga perlu papan tulis dan kapur (lihat Gambar 1). Sisanya: kegairahan belajar.
Lemari diperlukan untuk menyimpan kapur, serta berkas-berkas bahan ajar (Lihat Gambar 2). Juga disitu ada papan pengumuman. Perhatikan lantainya. Dari bambu. Agar anak-anak bisa nyaman belajar, mereka mengalasinya dengan tikar.
Tentu kita ingin supaya bisa lebih baik. PPTIK ingin menginovasikan TIK untuk membuat anak-anak ini tahu dunia, bukan saja dunia lokal, tapi juga dunia nasional maupun internasional. Supaya mereka tahu bagaimana berkontribusi keluhuran jiwa mereka kepada semua….
November 28, 2008 at 2:59 pm
Terima kasih. Sharing yang sangat menarik Pak Armein. Semoga sedikit demi sedikit masyarakat dan anak-anak NTT dapat menikmati layanan TIK untuk mengetahui dunia global dan kemudian mengetahui bagaimana seharusnya mereka.
Ayah dan kakak dari istri saya pernah menjadi kakandep dan guru sma di Atambua, NTT. Banyak cerita mengenai keterbelakangan anak didik di sana yang tentunya karena sangat jauh tertinggal dalam hal informasi dan komunikasi.
Semangat dan motivasi belajar anak-anak di sana perlu ditumbuhkembangkan. Ada cerita bahwa setiap jam pelajaran ada saja yang membolos, bahkan bisa mencapai setengah kelas. Saya melihat sendiri ketika berada di Kupang Agustus lalu, anak dari family yang orang asli pamit dan minta uang saku pada pagi harinya. Ternyata tidak ke sekolah, tetapi nongkrong di pasar bersama teman-teman lain yang berseragam sekolah. Sungguh memprihatinkan.
Semoga ..
April 6, 2009 at 3:26 pm
Wah, rupanya Pak Armein tidak ngomong ke kita kalau ada tulis di blog. Tadi iseng-iseng saya surfing internet lalu ketemu. Senang sekali membacanya. Makasih banyak Pak.
Tulisan Bapak pasti sangat menggugah lebih banyak orang untuk punya perhatian untuk Sumba.
Saya juga senang lihat komentarnya mas Bandung.
Kita nantikan teman-teman di Sumba. Daerah ini memang sangat memprihatinkan.
July 14, 2009 at 2:34 pm
wah.. ternyata cerita2 di atas menarik ya…