Faktor genetika?
Baru-baru ini ada perdebatan lucu di mailing list dosen ITB, yakni mencoba mengerti persoalan perilaku homoseks. Mungkin terpicu pemberitaan pembunuhan berantai yang menghebohkan itu. Perdebatan hangat terjadi karena ada dosen yang percaya bahwa perilaku homoseks tidak terhindari karena ada gen itu dalam tubuh manusia.
Tanpa bermaksud menghakimi atau sok tahu tentang kaum homoseks, saya tergelitik dengan argumen bahwa perilaku bisa diselidiki melalui gen. Bahwa perilaku orang ditentukan oleh sifat biologi. Bahwa orang tidak bertanggungjawab atas perbuatannya karena itu memang sudah di hardwire oleh Tuhan penciptanya. Built-in features.
Saya kebetulan mengerti cara kerja sebuah komputer. Saat saya mengetik blog ini, saya menggunakan word processor/editor punya WordPress. Dan sambil mendengarkan lagu-lagu punya Kezia. Nah kalau saya membuka komputer saya ini, saya akan menemukan motherboard, prosesor, dan memori. Saya bisa selidiki isinya, ukur tegangan listriknya, lihat gelombang listrik di kaki-kaki komponen komputer. Tapi saya tidak akan mampu menghubungkan musik yang keren itu dengan komponen-komponen itu. Word processor dengan mothreboard? Tidak ada hubungannya. Melihat aktivitas virus di chip? Tidak ada korelasinya.
Karena di atas komponen itu ada yang disebut software. Word processor dan music player saya itu berbentuk software. Musik yang dimainkan datang dari bit-bit data. Itu tidak bisa di lihat begitu saja dengan probing fisik komputer. Logikanya tidak ada di situ. Ada kode bit MP3 di situ.
Jadi kalau wordprocessor saya macet-macet, saya akan menyalahkan WordPress, bukan Intel atau Apple pembuat komputernya. Kalau perilaku komputer saya ngawur, banyak virus misalnya, saya akan duluan menyalahkan operating system dan software. Sama sekali tidak akan menyalahkan fisik komputer.
Demikian juga, kalau perilaku saya ngawur, tidak bisa saya menyalahkan faktor fisik saya seperti gen. Karena saya memiliki kesadaran, akal budi, hati nurani, dan kehendak. Saya bukan robot yang dikendalikan oleh gen. Gen bisa mengatur bentuk tubuh saya, tapi tidak spirit saya. Saya bisa memilih moral dan tata nilai yang saya anut. Dan itu semua adalah pilihan saya, bukan pilihan gen. Tubuh saya bisa dilatih untuk sehat dan patuh pada keinginan akal budi saya. Perilaku saya apa lagi. Itu datang dari kesadaran dan akal budi saya.
Kembali ke persoalan genetika. Genetika itu adalah faktor bawaan fisik. Mirip dengan transistor dalam chip komputer. Tapi kesadaran dan perilaku kita lebih diatur oleh Memetika, konsep “gen” untuk pikiran dan budaya. Mirip dengan perilaku komputer saya sekarang yang sedang asik memainkan lagu 4 Minutes nya Madonna, Timberlake, dan Timbaland. Itu datang dari bit data dan software, bukan perilaku listrik dari transistor.
Jadi saya pikir argumen, bahwa kita tidak perlu bertanggungjawab atas perbuatan kita karena pengaruh genetika itu, tidak berdasar. Kalau hidung saya kurang mancung dan kulit saya kurang putih, ya betul itu genetika kambing hitamnya. Tapi saya bisa berperilaku cantik dan indah, regardless my gens.
July 30, 2008 at 7:12 am
hmmm, seperti biasa analogi yang sangat menarik. Terimakasih karena telah berbagi.
July 30, 2008 at 11:46 am
Komputer saya tadinya sering crash. Saya pikir tadinya karena pake OS bajakan yang ngga bisa update. Setelah install OpenSolaris baru ketahuan kalau ada masalah di BIOS. Saya update BIOS-nya.. dan tidak pernah crash lagi 🙂 .
July 30, 2008 at 12:51 pm
Bener pak, tapi banyak org yang tidak menyadari bahwa dirinya memiliki PILIHAN itu. Mereka mengira bahwa segalanya sudah ditentukan dari sono-nya. Maka dari itu akan bermunculan org2 yang menyalahkan gen.
Analoginya sama seperti org yg tidak punya kaki. Dia akan dianggap oleh org lain tidak bisa berlari. Tetapi klo org tersebut menyadari bahwa dia bisa memilih(tidak di dikte oleh keadaan dan org lain), tinggal pasang kaki palsu(ato gimana lah) untuk berlari. Buktinya ada pelari yang pake kaki palsu. Malah klo ga salah ada event pelari khusus org cacat.
July 31, 2008 at 12:15 am
Musibah.
Tak ada orang yang menginginkan dapat musibah.
Mereka (gay) adalah orang yang kena musibah sehingga berperilaku menyimpang. Layaknya orang dapat musibah, kalau kita mampu membantu melepaskan musibah ini, tentu lebih baik. Jika tidak, tak perlu menghakimi mereka, siapa tahu diantara sanak keluarga kita ada yang kena musibah ini.
July 31, 2008 at 6:43 am
Analogi & pendekatan seorang ahli komputer 😀 menarik Pak….jadi gampang menangkap pesannya..
July 31, 2008 at 11:06 am
bapak pinter sekali ya kalo menganalogikn.. i really enjoy it 🙂
makasih ya pak.. dan sya setju dengan pendapatnya hhe..
October 15, 2008 at 6:11 am
Saya suka analoginya, saya cuma mau menambahkan bahwa sedikit aja.. genetika memberikan kerangka batasan. Sama seperti word processor anda bisa mengetik dengan pilihan huruf, memilih untuk mengetik cerita porno atau ayat-ayat suci, batasanya anda pasti tidak bisa menggambar atau mengolah data numerik yang komplek.
Hidup kita tentunya berisi berbagai pilihan dalam ruang batasan yang ada. Genetik memberikan anda batasan salah satunya ketertarikan lawan jenis, anda bisa menyalurkannya atau menghentikannya sama sekali atau memilih cara menyalurkan ketertarikan tersebut.