Prof Lofti Zadeh

Semakin tinggi ilmu sesorang, semakin sederhana pembawaannya. Lima belas tahun lalu saya bertemu Professor Lofti Zadeh, di University of California, Berkeley (UC Berkeley). Pengalaman yang sangat mengesankan.


Di tahun 1993, profesor Kinsner membawa mahasiswa S2/S3 nya ke Sillicon Valley. Ada Ken, Geoff, Tom, Larry, Warren dan tentu saja saya. Kami sengaja tinggal beberapa hari di asrama Kampus UC Berkeley. Di situ berlangsung konferensi internasional. Kami bisa tidur di hotel, tapi kami memutuskan untuk tinggal di kampus.

Professor Lofti Zadeh adalah penggagas Fuzzy Logic. Konsep matematika yang mengizinkan logika yang tidak kaku. Logika yang mengakomodasi ketidaktepatan. Khas Asia.
Memang, Zadeh adalah orang Iran. Lahir di Azerbaijan. Kemudian pindah ke Amerika. Jadi ia punya sense yang kuat tentang keluwesan Asia. Dia bertekad membuat matematika tentang keluwesan itu. Hasilnya Fuzzy Logic itu.

Sebagai Bapak Fuzzy Logic, dia sangat disegani. Tapi kesan saya saat bertemunya di UC Berkeley, dia itu sangat ramah. Dia senang sekali saat kami, mahasiswa, menerapkan Fuzzy Logic dalam berbagai konsep enginiring. Dia tidak segan mengencourage kami di depan umum, memuji karya kami. Hati kami berbunga-bunga dipuji-puji di session konferensi oleh Prof Zadeh.

Yang lucu, biasanya dia tidur saat presentasi di mulai. Tidak jarang kita mendengar suara nya mendengkur. Kami semua tersenyum tapi tidak berani membangunkannya. Tapi luar biasa. Saat kami selesai presentasi, dia mendadak bangun, dan mengacungkan jari, ikut bertanya. Ha..? Ternyata pertanyaannya juga nyambung. Dan diakhir pertanyaan dia tidak lupa menyatakan kekagumannya atas pekerjaan kami.

Pulang konferensi, kami dengan semangat menekuni kembali Fuzzy Logic ini.

Banyak orang belajar Fuzzy Logic karena terasa gampang dibanding konsep-konsep lain. Tapi menurut saya itu karena kejeniusan Prof Zadeh. Dia mampu menyederhanakan konsep yang rumit menjadi sederhana. Sehingga mudah dipelajari. Saya pikir itulah kehebatan para jenius dunia. Mampu menyederhanakan konsep yang rumit, sehingga banyak orang bisa mempelajarinya dan menerapkannya.
Dan kesederhanaan itu pun tercermin pada perilakunya. Senang bercakap-cakap dengan kami mahasiswa yang baru dia kenal. Tertawa terbahak-bahak dengan gurauan kami. Kami merasa at ease, nyaman, berada disekitarnya. Dia sederhana tanpa kehilangan kebesarannya.

Armein, unknown, Prof Lofti Zadeh, Tom. Geoff, Warren, dan Ken, Di UC Berkeley 1993

Armein, unknown, Prof Lofti Zadeh, Tom. Geoff, Warren, dan Ken, Di UC Berkeley 1993


  1. Fuzzy Logic ? kalau di bahasa PMP atau P4 mungkin jadi “azas kekeluargaan” ya Pak ? kalau bahasa anak sekarang “yah … gitu deh” …

  2. Lho …. ?!! Kayak Gus Dur, dong?! Ketika rapat Gus Dur selalu tidur, tapi bisa ngerti isi rapat. 😀

    Btw, saya dulu juga punya temen jenius; kalo kuliah malah tidur.

    Kalau begitu, memang benar istilah bahwa kejeniusan dan kebodohan itu nyaris tak ada bedanya; salah satu cirinya adalah mereka sering tidur di kelas. 😀

  3. itu mode mendengarkan dengan baik. Katanya klo kita menutup salah satu indra, indra lainnya bekerja lebih baik. Jadi mata ditutup, telinga bekerja dengan lebih baik. Bener ga ya?

  4. parma hadi

    mau tanya nich dimana tuh.. alamat situs yang nyediain e-book tentang fuzzy logic kalo bisa yang bisa di download cuma-cuma, makasih.

  5. orangawam

    Tidur
    Pada waktu ada pelajaran matematika, fisika atau kimia, ada beberapa siswa SMA3 Bandung yang tertidur. Lho. ? ?
    SMA3 Bandung khan SMA favorit. Gurunya pilihan. Muridnya bibit unggul. Kok tertidur waktu pelajaran yang sulit.??
    Ternyata mereka ikut les mata pelajaran tersebut diluar sekolah. Penjelasan guru membuat jenuh, karena mereka sudah tahu semua. Begitu ditanya/bangun, langsung bisa menjawab. Gitu saja kok repot.

  1. 1 Fuzzy Logic di pintu gerbang ITB ? « Oemar Bakrie

    […] bisa jalan juga, meski tetap dijaga satpam. Nah, di sini-lah dengan tetap ada intervensi manusia, Fuzzy Logic berlaku […]

  2. 2 » Logika fuzzy (1), logikanya sang kompromis Herianto’s site: Berpikir untuk maju, maju untuk berpikir

    […] Oleh karena fenomena ‘realita’ umumnya tidak ideal, dan fenomena ‘ideal’ tak sederhana untuk segera diterap-penuh-kan di realita, maka ‘ijtihad’ perjuangan sang kompromis [barangkali] bisa meminjam konsep logika fuzzy. […]




Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s



%d bloggers like this: