Analogi Uang dengan Energi

Isu kemiskinan dan krisis energi belakangan ini membuat saya banyak berpikir. Saya berkesimpulan ada banyak kesamaan antara energi dan uang. Mempelajari energi bisa menolong kita mengerti esensi uang,

Ada paradoks dalam krisis energi. Orang berteriak tentang padamnya listrik, antri gas, dan naiknya harga minyak. Ina sendiri pernah antri gas. Jadi krisis energi itu riil.

Tetapi pada saat yang sama kita tahu bahwa energi itu pada umumnya datang dari matahari. Semua yang kita kenal, mulai dari BBM (bahan bakan minyak), BBN (bahan bakar nabati), pangan, angin, air terjun, listrik. Semua bisa di lacak dari matahari. Kecuali mungkin energi nuklir.

Nah hari ini matahari masih bersinar terang. Selalu mengirimkan energi ke bumi. Berlimpah. Belum lagi turunannya, seperti energi angin dan gelombang laut.

Jadi ini paradoks. Kita tidak krisis energi primer (baca: matahari). Kita krisis energi sekunder dan tersier (turunan matahari). Kita cuma harus belajar ilmu memanfaatkan sumber primer ini. Misalnya menangkap langsung energi matahari di luar angkasa, kemudian menyalurkannya ke bumi melalui gelombang radio, misalnya. Atau mengembangkan energi batere. Menangkap listrik di laut, dan mengirimnya ke lokasi yang membutuhkannya. Persis seperti tabung gas elpiji.

Dan energi itu tidak hilang. Ingat hukum kekekalan energi. Jadi energi yang kita punya diubah ke dalam bentuk energi lain. Jadi apa artinya krisis itu, kalau energi itu masih ada dan tidak menghilang?

Situasi ini persis seperti uang. Kita kehabisan uang? Uang itu tidak ke mana-mana. Iapun berputar. Coba iseng kita tandai uang itu. Uang saya pindah ke toko tempat saya membeli barang. Mungkin dia gunakan untuk membayar gaji penjaga toko. Penjaga toko punya anak di ITB, dia bayar SPP ke situ. Dan balik lagi ke saya dalam bentuk gaji bulanan. Jadi uang itu muter aja, seperti energi itu.

Nah, kalau kita bisa melihat analoginya, maka things get interesting. Pertama, anda tidak akan kaya sebelum anda sudah kaya. Ingat, energi tidak bisa diciptakan dan tidak bisa dimusnahkan. Anda bisa punya energi listrik kalau ada energi air terjun yang bisa dikonversi menjadi listrik. Sama, anda hanya bisa punya banyak uang, kalau anda sudah punya sesuatu yang berlimpah, yang bisa dikonversi menjadi uang. Jadi, anda akan tetap miskin sampai kapanpun, unless anda punya sesuatu yang berlimpah. Entah benda, entah bakat, entah sumber sesuatu.

Contoh, di tahun 1998 saya membeli rumah dari sebuah keluarga saudagar batu. Kawasan rumah saya disebut Gunung Batu karena di situ dulu ada gunung batu betulan. Laku buat bahan bangunan. Jadi pemilik lahan gunung itu membuka pabrik batu. Tiap hari pekerja menghancurkan batu itu untuk dijual ke kontraktor bangunan. Dan ia pun kaya raya. Sampai gunungnya habis. Maka berhentilah kekayaannya. Rumah pun dijual, dan kami beli.

Aming itu memiliki kekayaan kemampuan melucu yang tidak ada habisnya. Maka dicarilah koverternya, yaitu acara TV extravagansa. Sukses, dan diapun kaya. Selama dia bisa melucu, dia akan terus kaya.

Nah, era sekarang, anda perlu tahu, apa yang anda miliki secara berlimpah. Lalu cari lah konverter untuk mengubah kekayaan anda itu menjadi kekayaan finansial.

Di elektro, konverter pengubah energi apapun menjadi energi listrik disebut generator listrik. Nah ilmu yang perlu anda pelajari adalah ilmu generator ini. Mengubah kekayaan non finansial anda menjadi kekayaan finansial.

Kemudian, balik lagi ke cerita matahari tadi. Sumber energi primer. Semua tanaman bisa hidup makmur di tanah yang subur. Namun itu persisnya berarti berada di tanah yang memiliki cukup mineral untuk digunakan dalam proses fotosintesis di daun. Tugas tanamanpun cukup mengambil mineral dengan akarnya, membawa ke daun, dan voila, matahari diserap menjadi energi organik seperti karbohidrat yang diperlukan tanaman untuk hidup.

Kalau energi memiliki sumber primer dalam bentuk matahari, finansial memiliki sumber primer apa?

Saya berspekulasi, sumber kekayaan primer itu adalah Tuhan. Penguasa pikiran kita. Sumber kreativitas dan sumber ide. Sumber segala pengetahuan. Tuhan memberikan petunjuk bagi kita berupa akal dan ide. Doa kita itulah fotosintesis. Saat pikiran kita diterangi oleh hidayatNya, maka kita mempunya inovasi dan strategi. Kita jadi tahu ke mana harus melangkah untuk mencari rejeki kita. Sandang, pangan, papan.

Saya tahu, ini tidak mudah untuk diterima. Tapi kalau kita tahu Bill Gates atau Warren Buffet adalah orang terkaya di dunia, padahal yang satu jualan software dan yang satu lagi jual beli saham, maka kita tahu bahwa punya otak itu jauh lebih penting daripada punya Gunung Batu segede Himalaya.

Jadi saya pikir, banyak sekali pengetahuan tentang perilaku energi di alam yang bisa kita terapkan untuk membangun kemakmuran.


  1. antiamink

    kok aming sih ?




Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s



%d bloggers like this: