Euthanasia

June 30, 2008 in Life

Kebebasan dan kemerdekaan menjadi obsesi orang. Kita kemudia terkejut ketika orang menuntut Euthanasia, artinya kematian yang direncanakan dengan baik.Tapi apakah orang memiliki hak untuk mati?

Perdebatan tentang ini bisa tidak ada habisnya.

Di satu pihak, orang dengan jelas menganggap mati itu adalah hak Tuhan.  Tuhan yang menentukan kapan seseorang bisa mati.  Jadi di luar itu, kita melakukan pembunuhan, termasuk euthanasia.

Tapi argumen ini tidak sepenuhnya benar.  Sampai hari ini manusia menerapkan hukuman mati, tanpa persetujuan sang terhukum.  Kita menangkap dia, mengikat dia, dan atas nama hukum, kita sengaja menghilangkan nyawanya.  Seperti pada dua orang Afrika yang baru saja dihukum mati di Nusakambangan.

Apalagi orang yang menderita sakit parah.  Tidak bisa tertolong.  Dan karena sakitnya itu, dia ingin mati saja.  Dia kemudian mancari orang seperti Dr Kevorkian, yang ahli dalam membunuh orang dengan cepat dan tanpa sakit.  Euthanasia.

Saya ingin menghindari perdebatan legal dan formal.  Ini bisa panjang dan emosional.

Saya berpendangan bahwa kebebasan itu adalah dalam rangka hidup yang lebih baik dan pertumbuhan.  Jadi hak untuk mati secara euthanasia itu tidak sejalan dengan kebebasan yang saya bayangkan.  Kebebasan itu selalu dalam rangka untuk menjadi lebih baik.

Orang juga mengeluh bahwa hidupnya sudah tidak baik lagi, sehingga sebaiknya ia mati saja.  Saya pikir hidup itu penuh peluang.  Jadi kekecewaan kita akan hidup kita sering didasarkan pada pandangan hidup yang smepit.  Kita mau menjadi seperti orang lain, dan karena tidak bisa, kita kecewa.

Kita perlu terus memaknai hidup kita, dalam segala kekhususan dan keunikan situasi kita, untuk kita tumbuhkan menjadi the best life on earth.