Sudahkah Tercapai?
Apakah mimpi-mimpi saya sudah tercapai? Demikian pertanyaan pengujung kita. Ini pertanyaan menarik. Jawabannya singkatnya: banyak yang sudah.
Impian saya sejak kecil banyak yang sudah tercapai. Di tahun 1970an saya dan teman-teman sebaya sering main disebuah bukit di Tomohon, sekarang menjadi Bukit Inspirasi. Kami memandang ke arah Rindam, sebuah kompleks militer yang belakangan menjadi kantor Walikota Tomohon. Bangunan itu seperti foto-foto bangunan di Jakarta. Dan kami ingin suatu saat bisa lihat Jakarta. Dan ini sudah tercapai.
Saat kelas tiga SD saya ingin bisa naik pesawat terbang. Biasanya kami sekeluarga ke Jawa dengan menumpang kapal laut Pelni, seperti Bogowonto dan Tampomas. Wah senangnya bisa naik pesawat terbang. Katanya bisa mendapat makan gratis dan buat apel. Impian itu sudah lama terwujud.
Saya ingin sekolah di ITB. Ini sudah tercapai. Saya ingin fall in love with a great woman. Saya ingin punya dan membangun keluarga. Ini sudah tercapai, dengan Ina dan empat anak. Saya ingin ke luar negeri. Saya ingin melihat Golden Gates. Saya ingin menjadi dosen. Belajar menjadi direktur. Mendirikan perusahaan. Sudah semua.
Tapi ada juga mimpi-mimpi yang baru muncul belakangan yang sedang diwujudkan. Selama kita masih hidup, akan muncul lagi mimpi-mimpi baru. Kemungkinan baru.
Apa mimpi saya hari ini? Banyak juga. Tapi setelah mempunyai keluarga dengan empat anak, dan bertemu mahasiswa tiap hari, salah satu yang muncul terus adalah bagaimana negeri kita ini bisa menjadi maju, terhormat, damai, aman. Sebuah land of opportunity bagi semua orang tak terkecuali. Menjadi suatu negeri yang exciting. Negeri yang penuh harapan bagi semua orang.
Saya ingin mahasiswa kita berkembang penuh di sini dan memiliki great life. Saya ingin anak saya tumbuh dan menemukan masa depan di negeri ini. Saya ingin hal yang sama pada semua anak negeri ini.
Saya ingin kita bersama-sama mengerahkan our best efforts for this dream. Supaya nanti saat kita pensiun, kita mewariskan dunia yang lebih baik untuk mereka. This world has become a much better place.
June 16, 2008 at 3:42 am
wah mulia sekali impiannya!! sayangnya tidak semua dosen,petinggi2 d negara ini yg ingin mewujudkan impian itu. banyak dosen mengajar hanya sebagai rutinitas,tugas dari jabatan yg ia sandang. bukan lagi menjadi sebuah tanggung jawab. tidak jarang anak didik d tinggal demi proyek2 mereka, kalo gak gitu harus g mana lagi. emang gaji dosen berapa?. itu jawaban yg sering kt dengar, menjadi pengajar bukan lagi sebagai tujuan utama tapi sbg batu loncatan semata, seolah pndidikan dari anak bangsa ini d no 2 kan
June 16, 2008 at 7:47 am
Saya juga memimpikan Indonesia menjadi negara yang maju, aman, damai,… Tapi kok sepertinya susah? Halah, jadi pesimis! Gak boleh ya?
June 16, 2008 at 11:03 am
jawaban yg bagus pak 😀
June 17, 2008 at 10:15 am
@ndrox: kalau ada orang yang bekerja sebagai rutinitas, sebetulnya yang paling rugi adalah dia itu sendiri. Dia tidak mendapat the real benefit yang dijanjikan profesi itu. Sama dengan menyayangi kekasih kita, tidak bisa hanya sekedar rutinitas, bukan?
June 17, 2008 at 11:02 am
Saya pernah lihat iklan (thriller (?)) film seri tv di situ ditulis semacam rumus life – (minus) dreams = job …