Asking Questions
That is a stupid question. Begitu celaan orang sehingga kita tidak mau lagi bertanya. Padahal bertanya, bahkan dengan pertanyaan yang bodoh, membuka banyak jalan. Bertanya adalah pangkal dari kreativitas.
Bertanya membuka banyak peluang. Bertanya membuat orang mengerahkan perhatian pada pokok pertanyaan kita. Pertanyaan membantu kita mensistematisasi pikiran dan usaha kita.
Misalnya, bagaimana memenuhi kebutuhan pangan? Ini mentriger peneliti, petani, dan pemerintah untuk membuat berbagai program.
Bagaimana supaya bisa lulus dengan nilai A? Ini mentrigger mahasiswa untuk mencari buku teks, latihan soal, dan bertanya pada asisten.
Apa arti hidup ini? Ini memicu munculnya filsuf-filsuf serta filsafat.
Bagaimana cara saya bisa mendapatkan jodoh? Inipun bisa memicu berbagai inisiatif dan interesting developments.
Di TV ada kuis yang menarik (lupa saya namanya, kalau tidak salah Jeopardy). Biasanya MC bertanya dan peserta menjawab, seperti pada kuis who wants to be a millionaire. Tapi kuis yang ini terbalik. MC memberikan suatu jawaban dan peserta justru harus menebak pertanyaannya.
Masalah kita saat ini adalah kita sering memiliki begitu banyak jawaban, tanpa tahu apa pertanyaannya.
Saat saya bingung mendengar orang bicara di rapat, komentator TV, tulisan koran, bahkan email, saya berusaha mencari pertanyaan apa yang sedang dijawabnya. Saya belajar menemukan pertanyaan dari jawaban nya itu.
Begitu juga saat kita disuruh menulis atau membuat karya tulis. Saya banyak dibantu dengan daftar pertanyaan yang hendak dijawab. Isi tulisan kita bisa efektif dan efisien karena dituntun pertanyaan.
Saya percaya hidup kita sehari-hari bisa berubah bila kita belajar bertanya. Pertanyaan bodoh sekalipun akan menghasilkan banyak surprises. Coba saja.
June 16, 2008 at 3:56 am
mungkin moto hidup mereka pak! hidup ingin menjadi solusi/jawaban. ada yang bilang orang yg sukses adalah orang yg menpunyai solusi bukan alasan, setelah solusi/jawabannya banyak mereka bingung? mau d apain ya??….
June 16, 2008 at 7:49 am
Malu bertanya sesat di jalan… 😀
June 16, 2008 at 10:33 am
menarik ni.. berpikir dengan berbeda.. 🙂
June 16, 2008 at 4:06 pm
Saya tertarik bahasan ini karena kebetulan saya termasuk aktif bertanya di kelas. Saya bukan bawel, bego atau gimana walau saya yakin di atas langit masih ada langit. Saya bertanya mmg shrsnya saya tanya bukan mau nguji atau apa. Tapi kadang bbrp dosen (di ITB) sptnya terganggu dengan pertanyaan2 yg kritis. Bbrp bahkan lagsung keluar sifat dan sikap jumawanya merasa sbg dosen apalagi dosen di ITB apalagi kalo mrs senior atau apalah malah kadang menjawab sambil mencela dan menunjukkan yang mereka ajarlah teori yang benar dsb, dst. Ga nyangka aja hari gini masih ada dosen kolot begitu. Gembar gembor IT utk enabler, ITG era informasi, dsb tapi ga keliatan tuh pak. Gimana pendapat bapak dgn hal ini? Terus terang yg model spt itu justru menghambat kreatifitas dan sharing knowledge jadi berlawanan dgn tulisan bapak ini. Dan terus terang juga kalo melihat bapak yang pernah sekali mengajar di kelas saya, bapak tdk termasuk yg model begini …
Maju terus … tetap semangat
IT-ers
June 16, 2008 at 6:50 pm
jangan malu bertanya!! terutama buat hal2 yang praktis. hehe..
June 17, 2008 at 7:19 am
Setuju, Pak. Kita harus jadi orang yang tidak malu bertanya, tapi masalahnya bertanya itu memang tidak mudah, ya, Pak. Perlu banyak latihan.
Saya pikir selain harus menjadi orang yang membudayakan bertanya, kita juga perlu bisa menjadi orang yang membuat orang lain tidak malu bertanya. Sebagai contoh profesor saya. Saya pernah merasa tidak enak untuk bertanya sesuatu hal yang (betul-betul terasa) bodoh kepada beliau. Jadi saya mengawali pertanyaan saya dengan, “Bolehkah saya menanyakan pertanyaan bodoh?”. Dan jawaban beliau sungguh menenangkan, “Tidak pernah ada pertanyaan yang bodoh.” :-).
Selamat beraktivitas, Pak.
June 17, 2008 at 10:11 am
@emridz: sayang memang kalau opportunity belajar berubah menjadi tempat untuk pamer kekuasaan. saran saya, kita harus sabar, dan maklum. Tapi jangan sampai perilaku orang lain membuat kita menyerah dan malas bertanya.