Tiga tangkai mawar
Sudah delapan hari Paul, suaminya, kembali ke pangkuan Yang Maha Kuasa. Hidup bersama Paul selama lebih dari tigapuluh lima tahun lebih dari membekas. Paul adalah bagian dari hidupnya, temannya menjalani masa tua. Ahh bagaimana ia bisa hidup tanpa Paul?
Ia berjalan mendorong kereta belanja di toko supermarket grocery kecil. Bertahun-tahun Paul mengantarnya berbelanja di sini.
Tidak sengaja matanya memandang sudut tempat berjualan kembang. Matanya berair. Paul selalu membeli tiga tangkai mawar kuning di situ. Untuknya. Ia selalu tersenyum bila Paul membelikan mawar ini. Senang tapi juga lucu. Karena mereka sudah berpuluh-puluh tahun bersama. Ia memalingkan mata dan melangkah menjauhi mawar-mawar itu. “Paul, saya rindu tiga mawar darimu hari ini…”
Di bagian potongan daging, ia memilih milih mana yang akan dibeli. Tak sengaja ia melihat seorang wanita cantik dengan gaun hijau. Sedang memilih-milih juga potongan daging. Dia mengambil yang besar perlahan-lahan meletakkan pada kereta belanja. Tapi kemudian wanita ini berubah pikiran, dan mengembalikan daging ini ke rak pendingin.
Mata mereka bertemu, dan wanita bergaun hijau ini agak malu merasa diperhatikan. “Ah, daging sebesar ini terlalu mahal. Suami saya ingin saya membuat daging panggang malam ini. Tapi dengan harga semahal ini, saya ragu-ragu…” jelasnya agak tersipu.
Ibu ini memengang tangan wanita ini, dan menatap matanya. “Beli daging ini, beli.. nak! Malam ini buat daging panggang untuk suamimu. Buat dia senang. Nikmati setiap detik waktumu dengan nya…”. Wanita bergaun hijau tercengang.
Kemudian ibu ini menjelaskan betapa ia sangat kehilangan Paul, padahal baru dipanggil Tuhan delapan hari lalu, setelah tigapuluh lima tahun mereka hidup bersama. Wanita bergaun hijau tergagap kaget, tidak berkata apa-apa, mengambil potongan daging besar tadi, memasukkan ke dalam kereta, dan bergegas mendorongnya pergi.
Selesai berbelanja, ibu ini mendorong kereta nya, bersiap-siap menuju kasir. Dari kejauhan seseorang mendekat. Ternyata wanita bergaun hijau tadi, datang menghampirinya. Wanita bergaun hijau ini memegang tangan ibu ini, menatapnya dan berkata lembut, “Saya turut berduka, bu, terimakasih sudah mengingatkan saya.”
“Ini untuk ibu, nanti di loket, kasir sudah tahu ini sudah dibayar..” Tangannya menjulurkan tiga tangkai mawar kuning!
Wanita ini memeluk dan mencium lembut pipi ibu tua, kemudian cepat-cepat pergi sebelum ibu melihat matanya yang basah.
Ibu ini tercengang. Ia menarik nafas panjang, menghirup wangi ketiga tangkai mawar kuning, melepaskan senyumannya yang pertama sejak delapan hari, dan melihat ke atas dengan hati yang hangat dan bahagia.. “Oh Paul…Paul, rupanya engkau tetap menemani saya , ya…? Engkau tidak ke mana-mana..”
April 29, 2008 at 6:51 pm
waduh….sampe mo nangis bacanya
blom pernah kasi mawar malah ke istri…T_T