Dua Krisis Besar Dunia
Hari ini dunia sedang menghadapi dua krisis besar: krisis Sektor Keuangan dan krisis Pangan. Dua krisis raksasa yang sama-sama berpengaruh besar pada kehidupan milyaran orang. Tapi penyebabnya sungguh berbeda.
Yang saya mengerti (belum tentu paling benar) adalah sebagai berikut.
Krisis sektor keuangan dimulai oleh bank-bank investasi semacam Goldman Sachs, Bear Stearns, Merril Lynch, dan Morgan Stanley. Ini bukan bank biasa, macam BCA, Mandiri, atau BNI. Ini Bank yang memutar uangnya untuk investasi, jual beli kertas berharga (sekuritas), dan financing untuk merger, akuisisi dan sebagainya. (Baca wikipedia).
Yang aneh, bank investasi ini punya konsep menggaji para eksekutifnya menurut presentasi dari revenue! Saya baru sadar di tahun 2007 saja kalau bank ini mempunyai revenue $110 milyar, kompensasi gaji eksekutif $66 miliar. Betapa rakusnya!
Akibatnya eksekutif berlomba melakukan transkasi dengan skala besar yang akhirnya tidak bisa dipertanggungjawabkan. Termasuk mendanai bisnis peminjaman uang pada kreditor beresiko tinggi (yang meledak menjadi subprime mortgage crisis). Dan investasi mereka gagal. Uang hilang dalam skala raksasa. Bangkrut. Tapi eksekutif tidak peduli, karena uang yang digunakan “berjudi” adalah milik pemegang saham, bukan mereka.
Untuk menghindari ambruknya ekonomi, bank sentral mulai memodali ulang bank-bank ‘sinting’ ini. Dengan uang siapa? Uang rakyat! Ironis, sekarang rakyat Amerika merasakan apa yang dirasakan rakyat Indonesia di 1998. Kita semua sampai anak cucu kita mendanai keserakahan konglomerat. Konglomerat paling-paling sedih, kekayaan menurun dari milyar dolar menjadi tinggal juta dolar.
Krisi kedua: pangan! Harga pangan semakin mahal. Nah ini berpotensi membuat ratusan juta orang kelaparan! Ratusan juta, folks.
Mengapa bisa terjadi? Saya juga mencoba mengerti apa yang terjadi.
Kelihatannya ini akibat perbenturan sistem pasar bebas dengan distorsi intervensi pemerintah. Sistem pasar bebas seharusnya membuat petani-petani unggul akan mampu menghasilkan beras terbanyak dengan harga optimal. Sehingga akan ada petani yang dengan senang hati terus bekerja menghasilkan pangan, karena pasar me-reward dia dengan keuntungan finansial.
Namun intervensi pemerintah untuk menjaga harga pangan membuat harga beras jatuh, dan petani tidak mau lagi menanam padi. Lebih baik beli motor dan jadi tukang ojek, katanya. Sehingga supply beras dan bahan pangan stabil pada angka yang pas-pasan.
Nah sekarang dengan mahalnya harga minyak bumi (mendekati 120 USD per barrel), orang mulai mencari sumber energi dari bahan pangan. Biofuel misanya. Sehingga sekarang mobil, mesin industri, dan berbagai peralatabn berlomba mengkonsumsi bahan pangan.
Dan mereka mau membayar lebih mahal darpada rakyat kebanyakan. Sehingga bahan pangan mulai tersedot ke industri, dan harga pangan naik. Dan ratusan juta orang terancam kelaparan.
Nah di sini ajaibnya: harga beras jatuh, petani sengsara, sehingga pindah jadi tukang ojek. Harga beras tinggi petani kita juga sengsara, terlanjur jadi tukang ojek jadi harus beli beras. Ini gimana siihh?
Bangsa kita benar-benar membutuhkan banyak ahli, scientist, enjinir, ekonom, lawmakers yang pintar super jenius. Orang-orang yang dianugerahi talenta untuk memikirkan nasib ratusan juta anak bangsa (bahkan dunia kali ya). Orang-orang yang mengerahkan daya pikirnya untuk membuat rakyat tidak kelaparan. Bahkan bisa lebih makmur. Orang-orang ini tidak selfish dan serakah. Tapi super sakti, kompeten, kreatif, mumpuni, berilmu tinggi dan inovatif.
Saya ingin semua pembaca blog ini termasuk golongan ini. Yuuk perdalam ilmu.. 🙂
-
1
Pingback on Apr 26th, 2008 at 10:21 am
[…] Posted April 26, 2008 Saya baru saja membaca artikel di blog Pak Armein berjudul "Dua Krisis Besar Dunia". Seluruh orang di dunia mudah untuk setuju bahwa saat ini masalah besar adalah keuangan dan […]
April 26, 2008 at 9:17 am
Kalau orang pandai & jenius setahu saya di kita banyak Pak, yang sedikit itu orang pandai & jenius yang tidak silau dengan duit serta harta.
April 27, 2008 at 12:45 pm
Soal krisis pangan di Indonesia si kl saya bilang itu karena kita ga punya rencana dan strategi untuk menghadapinya. Yang ada di kepala pemerintah dan petani adalah: hidup hari ini, kerja juga untuk hari ini.
Seharusnya, biarpun ada pasar bebas, pemerintah harus tetap punya kewajiban untuk mengintervensi agar harga tidak naik-turun secara drastis (mirip intervensi harga rupiah vs USD).
IMHO, inilah masalah utama petani. Kl harga naik-turun secara drastis, mereka jadi kalut. Mereka kan bukan spekulan macam Bank Sinting-nya US. Apalagi kl mereka bangkrut, mereka ga bakal disupport Bank Sentral.
Rasanya tidak adil kl melihat bahwa BCA dkk disupport oleh BLBI yang utang+bunganya kita bayar tiap tahun via SUN (Surat Utang Negara), tapi petani bangkrut aja ga ada support sama sekali. Padahal pengalaman Grameen Bank menunjukkan bahwa resiko kredit macet untuk petani (dan kaum miskin) sangat rendah.
April 27, 2008 at 4:27 pm
Kalau Indonesia harus ditambah dengan krisis energi. Di beberapa daerah pemadaman listrik secara bergilir sudah jadi keseharian. Kita tinggal tunggu ‘tanggal main’ nya saja di P. Jawa …
April 28, 2008 at 8:42 am
menghadapi 2 krisis raksa ini ujung -ujung nya kita sabar aja kali sama berdoa bukan kah kita punya tuhan? dan bersabar menghadapi mas alah dan pasti ada jalan keluar nya kali he he he h ehe h {so reliji} ha ha ha tapi sampai kapan? ah teuing atuh
April 28, 2008 at 11:21 am
jenius dan pintar sudah banyak. Sebenarnya yang dibutuhkan dunia saat ini khususnya bangsa kita adalah praktisi yang jujur, terutama jujur pada diri sendiri.
April 28, 2008 at 7:43 pm
ikut menambahkan pak…
mungkin orang yg dibutuhkan itu selain jenius dan pintar.. juga harus berbudi pekerti yang baik dan berani…
kalau jenius dan pintar tidak berbudi pekerti baik.. malah bisa sangat membahayakan..
sedangkan kalau jenius dan berbudi pekerti yang baik tapi tidak berani.. maka akan sulit memulai dan hanya akan dijegal oleh orang-orang berani tapi pekertinya kurang baik..
jaman sekarang memang susah.. tapi saya sangat yakin pasti ada..
November 14, 2008 at 12:20 pm
yang pintar dan jenius banyak amat di indonesia, namun prinsif kerja mereka bukan demi rakyat dan negaraku tetapi demi bangsaku (banksaku), bank identik dengan uang dan saku adalah saku / kantong, sehingga mereka berfikir dan bekerja hanya untuk kepentingan pribadi demi uang saku.